DURI – Kebutuhan makan kawanan gajah yang tidak sedikit, membuka peluang kawanan ini menjadikan tanaman warga sebagai makanan mereka. Penuturan Git Fernando, GIS dan Pemetaan Rimba Satwa Foundation cukup besar per hari nya, yakni mencapai 300 kilogram makanan per ekor dengan rata-rata berat seekor gajah tersebut mencapai tiga ton per ekornya. “Agroforestri menjadi solusi saat ini, dimana warga ikut serta menyediakan pakan gajah dan juga menanam tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tujuannya agar konflik gajah dan manusia bisa diperkecil,”katanya.
Jika ditelisik lebih jauh, Konflik yang muncul ini merupakan implementasi kekesalan warga. Bukan tidak beralasan, Tamanan Sawit dan Karet yang mereka tanam menjadi sasaran ketika kawanan gajah melintas di kawasan kantong gajah Balai Raja di Desa Pinggir, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Riau ini sudah berlangsung lama. Namun, beberapa tahun terakhir, terjadi transformasi hubungan manusia dengan kawanan gajah di kawasan tersebut. “Dijalur pelintasan gajah ini, solusi jangka panjang dengan menanam pohon yang tidak disukai oleh gajah, rendah gangguan gajah dan memiliki nilai ekonomi tinggi, Seperi Jengol, Karet, petai, kopi, alpokat, matoa serta aren di area yang berbatasan langsung dengan kawasan kantong gajah, sehingga gajah tetap dijalur pelintasannya”Ujarnya.
Ia menambahkan, Untuk makanan keseharian gajah, sejatinya tidak terlalu menjadi masalah. Karena banyak tumbuhan yang menjadi sumber makanan gajah tersebut, mulai dari rumput hingga tumbuhan besar. “Untuk kawanan di kawasan ini, sumber makanan gajah masih dikategorikan cukup, tanpa mengusik tanaman petani yang ada. Jadi kita mengarahkan gajah ke lintasan yang seharusnya,”katanya.
Bahkan, warga juga melakukan rehabilitasi habitat dengan menambah volume tumbuhan yang menjadi pakan gajah dengan menggarap budidaya rumput odot yang disukai gajah. Rumput itu dipelihara dibelakang rumah-rumah warga. Setelah mulai besar, rumput ini dipindahkan ke lintasan gajah tersebut dan kini warga tidak lagi terusik dengan kawanan tersebut, berkat program kemitraan Agroforestry Rimba Satwa Foundation dengan Pertamina Hulu Rokan.

Sementara itu dilokasi yang sama, Suparto, petani yang juga Sekretaris Kelompok Tani Hutan (KTH) Alam Pusaka Jaya mengungkapkan, sebelum adanya agroforesti ini, dia bersama masyarakat mengusir kawanan gajah dengan petasan jumbo. “Awalnya kami menanam sawit, diganggu oleh kawanan gajah sehingga tidak bisa tumbuh hingga habis. Selanjutnya kami mencoba menanam karet, tetap saja diganggu pada saat karet berusia hingga 5 tahun, walaupun tidak semua diganggu karena warga mengusir dengan petasan yang mengakibatkan konflik. Setelah mengetahui agroforesti, kami di edukasi untuk memanfaatkan lahan dengan menanam tanaman yang tidak disukai gajah dan memiliki nilai ekonomi tinggi dan bersepakat membentuk KTH Alam Pusaka Jaya dan meninggalkan sistem lama mengusir kawanan gajah,”ungkapnya .
Berkat kemitraan KTH Alam Pusaka Jaya, Rimba Satwa Foundation dengan Pertamina Hulu Rokan, kami diberikan bantuan peternakan sehingga ada nilai ekonomi yang kami dapatkan, karena tanaman yang memiliki nilai ekonomi dari agroforesti saat ini belum memberikan hasil.
Dalam kesempatan yang sama, Corporate Secretary PHR WK Rokan, Rudi Ariffianto melalui Sr. Analyst Social Permormance PHR Zara Azizah menyampaikan bahwa upaya-upaya konkret tersebut merupakan implementasi dari program TJSL. PHR bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dan Rimba Satwa Foundation (RSF) terus berupaya melindungi dan melestarikan gajah dan habitatnya. “Gajah adalah hewan yang penting bagi ekosistem, dan mereka memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan alam, yang juga merupakan area operasional PHR,” katanya.
PHR selalu hadir dalam setiap edukasi yang menjadi strategi untuk mewujudkan konservasi gajah yang telah dilakukan seperti pemanfaatan teknologi dengan pemasangan GPS Collar, penguatan sinergi pengembangan masyarakat untuk edukasi, pengembangan habitat dan koridor untuk gajah, serta pertanian agroforestri.
Secara umum, program agroforestri ini berupa pengembangan sistem tanaman di lahan-lahan masyarakat yang kerap berkonflik dengan gajah. Masyarakat yang lahannya berada di home-range dan perlintasan gajah dilibatkan, dengan menanam berbagai jenis tanaman yang rendah gangguan dari gajah, namun bernilai ekonomi tinggi.
Program agroforestri ini memiliki ragam manfaat. Selain mendukung pengurangan jejak karbon melalui penanaman pohon, menjaga keanekaragaman hayati, memberdayakan ekonomi masyarakat, juga memperbesar ruang di mana gajah dapat diterima oleh masyarakat. Dengan demikian ruang-ruang yang berpotensi konflik akan mengecil.
Penulis : Muhammad Rizal