Pekanbaru, 15 Januari 2025 – Kongres Anak Indonesia ke-16 sukses digelar dengan tema besar “Wujudkan Hak Kesehatan dan Kesejahteraan Anak Menuju Indonesia Emas 2045”. Acara yang berlangsung di Ballroom Ameera Hotel, Pekanbaru, Riau ini menghadirkan berbagai narasumber dari kementerian, lembaga perlindungan anak, hingga pakar kesehatan. Kongres ini menjadi momentum penting untuk menyuarakan hak-hak anak di Indonesia.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Kak Seto Mulyadi, menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, keluarga, dan masyarakat dalam mewujudkan hak anak. “Membangun generasi emas Indonesia tidak hanya tanggung jawab satu pihak. Semua elemen bangsa harus berperan aktif untuk memastikan setiap anak Indonesia mendapatkan haknya, baik dalam kesehatan, pendidikan, maupun kesejahteraan,” ujar Kak Seto dalam pidatonya.
Kak Seto juga menyoroti peran keluarga sebagai benteng utama dalam perlindungan anak. “Keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang menjadi pondasi bagi tumbuh kembang anak. Sebaliknya, lingkungan keluarga yang tidak mendukung dapat berdampak pada kesejahteraan emosional dan psikologis anak,” tambahnya.
Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting di Indonesia meski sudah menurun dari 37,2% menjadi 29%, tetap menjadi perhatian utama. Kongres ini menyerukan langkah-langkah strategis untuk mengatasi masalah ini, termasuk pemerataan akses gizi di daerah tertinggal, terluar, dan terpencil (3T).
Kongres Anak Indonesia 2025 tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga melibatkan anak-anak secara langsung melalui sidang komisi dan pemilihan Duta Anak Indonesia. Hasilnya, empat Duta Anak terpilih dari berbagai bidang, yakni Pendidikan dan Kebudayaan, Partisipasi Anak, Jaringan dan Teknologi, serta Kesehatan dan Kesejahteraan. Para duta ini akan menjadi perwakilan suara anak-anak untuk menyampaikan aspirasi mereka kepada pemerintah.
Dalam kongres ini, anak-anak juga menghasilkan 10 poin Suara Anak Nasional, yang salah satunya adalah permintaan untuk pemerataan akses internet di seluruh Indonesia. “Kami berharap pemerintah lebih serius dalam memastikan anak-anak di daerah 3T mendapatkan akses internet yang baik untuk mendukung pembelajaran mereka,” ungkap salah satu peserta kongres.
Tidak hanya itu, isu bahaya kecanduan gadget dan pentingnya parental control juga menjadi sorotan. Anak-anak meminta pemerintah mengadakan sosialisasi masif tentang hal ini dan mengembangkan aplikasi parental control yang mudah digunakan.
Melalui Kongres Anak Indonesia XVI, suara anak-anak tidak hanya didengar tetapi juga menjadi panduan bagi kebijakan masa depan. Kak Seto optimis bahwa dengan komitmen bersama, cita-cita Indonesia Emas 2045 bisa terwujud. “Anak-anak adalah masa depan bangsa. Dengan memberikan mereka lingkungan yang sehat dan mendukung, kita sedang membangun fondasi bagi Indonesia yang lebih baik,” tutup Kak Seto penuh harapan.
Dengan jumlah peserta yang mencapai 91 anak dari seluruh Indonesia, kongres ini menjadi bukti nyata bahwa anak-anak mampu berkontribusi dalam pembentukan kebijakan yang berorientasi pada kesejahteraan mereka