SMARTPEKANBARU.COM – Provinsi Riau masih menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan beras dalam tiga tahun terakhir.
Berdasarkan data terbaru yang dirilis Kementerian Pertanian Republik Indonesia, defisit produksi beras di Riau pada 2023 mencapai 62.234 ton atau setara 42,8 persen dari kebutuhan konsumsi masyarakat.
Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Yudi Sastro, saat Rapat Swasembada Pangan Tingkat Provinsi Riau yang digelar di Gedung Daerah, Jalan Diponegoro, Pekanbaru, Rabu (16/4/2025) menyampaikan bahwa pemerintah tengah mengambil langkah strategis untuk menekan angka defisit tersebut, terutama melalui peningkatan produktivitas dan luas panen pada 2025.
“Riau memiliki potensi besar, namun masih tertinggal dalam hal produksi beras. Fokus kami saat ini adalah memastikan peningkatan produksi secara berkelanjutan melalui penguatan sistem irigasi, pemanfaatan benih unggul, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman,” ujar Yudi.
Pada tahun 2023, total produksi beras Riau tercatat hanya sebesar 139.533 ton, jauh di bawah angka konsumsi yang mencapai 201.767 ton.
Sementara pada 2024, terjadi sedikit perbaikan dengan total produksi mencapai 153.873 ton, namun defisit masih tinggi yakni -68.585 ton atau sekitar 30,8 persen dari total kebutuhan.
Namun, angin segar mulai terasa pada awal 2025.
Data proyeksi Januari–Mei 2025 menunjukkan produksi beras sudah menyentuh 123.863 ton, meningkat 25,2 persen dibandingkan periode yang sama di 2024 yang hanya mencapai 98.940 ton.
Yudi menegaskan bahwa Riau akan menjadi salah satu fokus prioritas dalam program peningkatan produksi nasional.
“Kami sudah menetapkan sejumlah kabupaten sentra padi untuk didorong maksimal. Tidak hanya dari sisi teknologi, tetapi juga melalui pendampingan intensif bagi petani,” tambahnya.
Kementan juga mencatat bahwa kenaikan luas panen dan produktivitas mulai menunjukkan tren positif.
Pada Maret–Mei 2025, luas panen diperkirakan mencapai 30.576 hektare, naik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 24.206 hektare.
Dalam rapat tersebut, sejumlah bupati dan wali kota di Provinsi Riau mengungkapkan berbagai persoalan serius yang masih membelenggu sektor pertanian, terutama yang dihadapi para petani.
Mulai dari sulitnya mendapatkan pupuk, buruknya sistem irigasi, hingga keterbatasan sarana dan prasarana pertanian menjadi sorotan utama.
Tak hanya itu, para kepala daerah juga menyoroti harga gabah yang kerap anjlok pasca-panen, membuat petani merugi.
Keluhan ini salah satunya disampaikan oleh Wakil Bupati Rokan Hulu, H. Syafaruddin Poti.
Dalam rapat tersebut dia meminta agar Bulog segera menetapkan harga pembelian gabah yang layak dan memberikan jaminan pembelian hasil panen petani.
“Petani butuh kepastian. Kalau panen, mereka harus yakin gabahnya dibeli dengan harga tinggi dan wajar. Jangan sampai petani sudah capek bertanam, tapi malah rugi saat panen karena harga terlalu rendah,” tegas Syafaruddin.
Ia juga menyoroti kemampuan Bulog dalam menyerap gabah petani.
“Kalau hasil gabah 2.000 ton, tapi Bulog hanya mampu beli 500 ton, sisanya mau dikemanakan? Ini harus jadi perhatian serius,” katanya.
Hal senada diungkapkan Bupati Indragiri Hilir, Herman MT. Ia menekankan pentingnya dukungan nyata dari Pemprov Riau dan pemerintah pusat, bukan hanya pembahasan di atas meja.
“Kami ingin ketahanan pangan ini bukan sekadar wacana. Petani perlu bantuan nyata, dari pupuk, bibit, hingga alat berat,” ujarnya.
Herman juga mengungkapkan ironi yang terjadi di wilayahnya. Karena harga gabah yang terlalu rendah di Inhil, para petani justru memilih menjual hasil panen ke Sumatera Barat.
“Setiap malam gabah dibawa ke Sumbar, lalu berasnya kembali ke Inhil. Ini jelas kerugian besar bagi kita,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan adanya bencana banjir yang menyebabkan 3.000 hektare lahan gagal panen. Ia meminta bantuan alat berat untuk mengatasi dampak tersebut.
Meski diwarnai sejumlah persoalan, rapat ini juga membawa kabar baik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi Riau tahun 2024 mengalami peningkatan signifikan.
Total produksi mencapai 222,06 ribu ton gabah kering giling (GKG), naik 7,81 persen dibanding tahun sebelumnya.
Pj Sekretaris Daerah Provinsi Riau, Taufik OH, menyampaikan bahwa capaian ini merupakan hasil kerja keras petani dan dukungan berbagai pihak.
“Angka ini bukan sekadar statistik, tapi bukti nyata bahwa Riau sedang bergerak menuju swasembada pangan,” kata Taufik.
Ia menjelaskan bahwa Subround III (September–Desember 2024) mencatatkan produksi 57,96 ribu ton, meningkat 10,23 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, proyeksi produksi untuk Subround I (Januari–April 2025) bahkan diperkirakan mencapai 106,39 ribu ton, meningkat 30,3 persen dari tahun sebelumnya.
“Kami optimistis tren ini bisa terus ditingkatkan jika didukung kebijakan yang tepat. Pemprov Riau akan terus memperkuat sektor pertanian, baik dari sisi alat mesin pertanian, distribusi pupuk, hingga kelembagaan petani,” pungkasnya.
-Tribunpekanbaru.com