SMARTPEKANBARU.COM – Dalam perbincangan masyarakat di Siak, mereka ingin menyaksikan pelantikan Afni Z -Syamsurizal menjadi bupati dan wakil bupati Siak 2025-2030.
Pilkada Siak yang digelar pada 2024 lalu meninggalkan jejak berliku yang panjang. Ada pemungutan suara ulang, ada gugatan hukum yang menapak hingga ke ruang sidang Mahkamah Konstitusi (MK), ada penantian yang tak sebentar hingga putusan akhir menetapkan Afni Z dan Syamsurizal sebagai pasangan bupati dan wakil bupati terpilih.
Kini, setelah riuh demokrasi berangsur reda dan sah terpatri dalam ketetapan hukum, keduanya ingin melangkah ke panggung pelantikan. Namun tak hendak menjemputnya di gedung tinggi ibu kota provinsi, bukan pula di ruang yang dijauhkan dari masyarakatnya. Keduanya ingin hari penting itu berlangsung di tanah kelahirannya, tanah tumpah darahnya, Siak Sri Indrapura.
Sebab di sinilah tempat yang telah menyambut mereka sejak awal, tempat jejak dan suara masyarakat dititipkan pada kotak-kotak suara.
Keinginan itu juga mempunyai dasar hukumnya. Pasal 164A ayat (3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Kepala Daerah membuka kemungkinan pelantikan dilakukan di luar jadwal serentak nasional dan langsung di ibu kota kabupaten. Payung hukum ini memberi legitimasi bahwa pelantikan tidak harus berlangsung di Pekanbaru. Di Siak pun menjadi sangat mungkin dilakukan.
“Alhamdulillah, pada poin ketiga undang-undang ini, jelas pelantikan kepala daerah yang tertunda bisa dilakukan di ibu kota kabupaten,” ujar Afni, Rabu, (14/5/2025).
Pelantikan yang sempat tertunda itu bukan kekeliruan, tetapi hasil dari mekanisme hukum yang mesti dilalui. Justru karena tertunda, pelantikan itu bisa menjadi kesempatan yang lebih luas bagi rakyat. Afni dan Syamsurizal tak ingin acara itu menjadi perhelatan mewah dan tertutup, melainkan kesempatan silaturahmi antara pemimpin dan masyarakat.
“Kami tidak ingin yang berlebihan. Tidak ada artis luar, cukup komunitas kesenian lokal. Agendanya satu hari saja. Pagi pelantikan, siang paripurna DPRD, sore hiburan rakyat, malam ditutup dengan doa dan selawat,” kata Afni.
Langkah-langkah persiapan kini mulai dijalankan. Pemerintah Kabupaten Siak telah membentuk panitia pelantikan dan menunggu surat keputusan resmi dari Mendagri. Gubernur Riau, Abdul Wahid, telah mengirimkan surat usulan pemberhentian kepala daerah lama sekaligus pengangkatan kepala daerah baru. Sementara Plt Sekretaris Daerah Siak, Fauzi Asni, menyampaikan panitia akan menggelar rapat perdana dalam waktu dekat.
“Kami sedang menunggu arahan dari Biro Protokol Pemprov Riau terkait lokasi. Secara aturan, pelantikan bisa di provinsi, tapi kami juga siapkan opsi di Siak,” kata Fauzi.
Siak sedang bersiap. Tidak dengan gegap gempita, melainkan dengan degup tenang yang mengandung harap. Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mulai menghitung peluang. Kelompok kesenian menyiapkan peralatan pentas. Tokoh adat dan ulama diajak bicara. Di rumah-rumah warga, perbincangan mulai beralih dari hiruk pikuk Pilkada ke pelantikan.
Afni dan Syamsurizal pun tak menunggu dengan tangan terlipat. Mereka terus bersilaturahmi dengan simpatisan, relawan, serta tokoh masyarakat. Persiapan pribadi pun dilakukan, termasuk menjahit pakaian pelantikan.
“Ada yang dijahit di Pekanbaru, sebagian lagi di Pusako,” ujar Afni.
Sebentuk pesan, panggung kekuasaan tidak selalu dibangun dari kota besar, melainkan bisa juga disulam dari pinggiran. Inilah yang disebut Afni, demokrasi harus dinikmati rakyat.
Langkah-langkah persiapan kini mulai dijalankan. Pemerintah Kabupaten Siak telah membentuk panitia pelantikan dan menunggu surat keputusan resmi dari Mendagri. Gubernur Riau, Abdul Wahid, telah mengirimkan surat usulan pemberhentian kepala daerah lama sekaligus pengangkatan kepala daerah baru. Sementara Plt Sekretaris Daerah Siak, Fauzi Asni, menyampaikan panitia akan menggelar rapat perdana dalam waktu dekat.
“Kami sedang menunggu arahan dari Biro Protokol Pemprov Riau terkait lokasi. Secara aturan, pelantikan bisa di provinsi, tapi kami juga siapkan opsi di Siak,” kata Fauzi.
Siak sedang bersiap. Tidak dengan gegap gempita, melainkan dengan degup tenang yang mengandung harap. Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mulai menghitung peluang. Kelompok kesenian menyiapkan peralatan pentas. Tokoh adat dan ulama diajak bicara. Di rumah-rumah warga, perbincangan mulai beralih dari hiruk pikuk Pilkada ke pelantikan.
Afni dan Syamsurizal pun tak menunggu dengan tangan terlipat. Mereka terus bersilaturahmi dengan simpatisan, relawan, serta tokoh masyarakat. Persiapan pribadi pun dilakukan, termasuk menjahit pakaian pelantikan.
“Ada yang dijahit di Pekanbaru, sebagian lagi di Pusako,” ujar Afni.
Sebentuk pesan, panggung kekuasaan tidak selalu dibangun dari kota besar, melainkan bisa juga disulam dari pinggiran. Inilah yang disebut Afni, demokrasi harus dinikmati rakyat.
“Tidak harus gemerlap, cukup mengalir dalam hikmat,” ujar Afni lagi.
Sebab dalam perjalanan kepemimpinan, seremonial tidak akan menjadi pengingat, tetapi kehadiran dan keterlibatan rakyat akan menjadi kenangan
“Pelantikan di Siak, di tanah kelahiran saya, adalah cara untuk pulang ke tengah-tengah masyarakat, pulang ke tempat suara-suara itu lahir, pulang ke hati rakyat yang selama ini menunggu dalam diam,” ujar mantan jurnalis ini.
Tampaknya bagi Afni, ingin meneguhkan bahwa di tanah ini ia dilahirkan, di tanah ini ia dan Syamsurizal dipilih. Maka di tanah ini pula, mereka ingin disambut yang bukan dalam gemerlap pesta penguasa, tetapi dalam keheningan yang mengandung restu dari langit dan bumi.
“Doa dan harapan kami, agar pelantikan dan sumpah kami benar-benar dapat dilaksanakan di tanah kelahiran kami, Siak,” pungkasnya.
-Tribunpekanbaru.com