SMARTPEKANBARU.COM – Hanya dengan membatasi waktu makan selama delapan jam per hari selama tiga bulan, sebuah studi berhasil menemukan jawaban jika seseorang bisa mengalami penurunan berat badan yang signifikan—dan menariknya, hasil ini dapat bertahan hingga satu tahun.
Temuan ini diungkap dalam presentasi awal di ajang bergengsi European Congress on Obesity (ECO) 2024 yang digelar di Malaga.
Melansir Eurakalert, metode ini dikenal dengan istilah Time-Restricted Eating (TRE), salah satu bentuk puasa intermittent yang kini semakin populer.
Tidak seperti diet ketat rendah kalori yang kerap menyulitkan, TRE dinilai lebih realistis untuk dijalani dalam jangka panjang.
“Pembatasan jendela makan selama delapan jam, kapan pun dilakukan, terbukti efektif menurunkan berat badan secara signifikan dan efeknya bisa bertahan hingga satu tahun,” ujar Dr. Alba Camacho-Cardenosa dari Instituto de Investigación Biosanitaria de Granada (ibs.GRANADA), selaku peneliti utama.
Metode Penelitian: Uji Klinis pada 99 Orang Dewasa
Penelitian ini melibatkan 99 partisipan dewasa dengan kondisi kelebihan berat badan dan obesitas, yang berdomisili di Granada, Spanyol. Usia rata-rata peserta adalah 49 tahun dengan indeks massa tubuh (BMI) sekitar 32 kg/m².
Mereka dibagi ke dalam empat kelompok berbeda selama periode 12 minggu:
- Kelompok kontrol – makan lebih dari 12 jam per hari seperti biasa
- Kelompok TRE pagi – jendela makan 8 jam dimulai sebelum pukul 10.00
- Kelompok TRE sore – jendela makan dimulai setelah pukul 13.00
- Kelompok fleksibel – bebas memilih waktu jendela makan
- Setiap peserta juga mendapatkan edukasi pola makan Mediterania, yang terkenal menyehatkan jantung dan menurunkan risiko penyakit kronis.
- Hasil: Berat Badan Turun Nyata, Terlepas dari Waktu Makan
- Selama masa intervensi, kelompok TRE menunjukkan penurunan berat badan yang jauh lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Berikut rincian rata-rata penurunan berat badan dalam 12 minggu:
- TRE pagi: −4,2 kg (−4,5%)
- TRE sore: −3,1 kg (−3,5%)
- TRE fleksibel: −3,8 kg (−3,9%)
- Kelompok kontrol: −1,4 kg (−1,5%)
Menariknya, meskipun program berakhir, efeknya tetap terlihat hingga satu tahun kemudian. Berat badan peserta dalam kelompok TRE cenderung tetap turun atau stabil, sedangkan kelompok kontrol kembali naik:
- TRE pagi: −2,2 kg (−2,1%)
- TRE sore: −2,0 kg (−2,0%)
- TRE fleksibel: −0,7 kg (−0,7%)
- Kontrol: +0,4 kg (+0,5%)
Tak hanya berat badan, lingkar pinggang dan pinggul juga menurun signifikan pada kelompok TRE.
Temuan ini menegaskan bahwa konsistensi dalam menjalani puasa 16 jam lebih penting ketimbang memilih pagi atau sore sebagai waktu makan.
Studi ini juga menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan terhadap metode TRE sangat tinggi, berkisar antara 85% hingga 88%.
Efek samping tergolong minimal, dengan hanya lima peserta yang mengundurkan diri karena keluhan ringan.
“Intervensi gaya hidup ini terbilang sederhana, tidak serumit menghitung kalori setiap hari, dan cukup menjanjikan untuk dipertimbangkan sebagai strategi jangka panjang penurunan berat badan,” kata Dr. Jonatan R. Ruiz, koordinator studi dari University of Granada.
Kompas TV