SMARTPEKANBARU.COM-Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI) menyerukan aksi kolektif dan segera untuk menyelamatkan habitat gajah sumatera yang tersisa di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau. Kawasan yang pernah menjadi salah satu kantong populasi terbesar gajah sumatera ini kini berada di ambang krisis akibat alih fungsi lahan, perambahan hutan, dan meningkatnya konflik antara manusia dan satwa liar.
“Gajah sumatera bukan hanya spesies yang dilindungi, tetapi juga indikator penting kesehatan ekosistem hutan. Kehilangan mereka berarti kita kehilangan keseimbangan ekologis yang menopang kehidupan di wilayah ini,” tegas Ketua FKGI, Donny Gunaryadi, dalam pernyataannya.
Berdasarkan data yang dihimpun FKGI, lebih dari 60% kawasan hutan alami di Tesso Nilo telah terdampak oleh aktivitas ilegal. Populasi gajah yang tersisa diperkirakan tinggal sekitar 150 individu, dan jumlah ini terus mengalami penurunan drastis. Hilangnya habitat alami menyebabkan peningkatan frekuensi perjumpaan antara manusia dan gajah, yang berujung pada konflik dan ancaman terhadap keselamatan kedua belah pihak.
Dewa Gumay, Koordinator Bidang Advokasi dan Kebijakan FKGI, menyampaikan bahwa penyelamatan Tesso Nilo membutuhkan pendekatan kolaboratif dan lintas sektor, bukan hanya bersifat teknokratis.
“Keberhasilan konservasi di Tesso Nilo bergantung pada sinergi multipihak. Kita butuh penguatan kebijakan, penegakan hukum yang konsisten, serta pemberdayaan masyarakat lokal sebagai penjaga terdepan ekosistem,” ujarnya.
FKGI merekomendasikan lima langkah strategis yang mendesak dilakukan:
- Restorasi habitat melalui rehabilitasi kawasan hutan yang terdegradasi.
- Penegakan hukum tegas terhadap pelaku perambahan dan pembalakan liar.
- Penguatan peran masyarakat lokal, termasuk pemberian insentif konservasi dan pengembangan alternatif mata pencaharian berkelanjutan.
- Pendekatan berbasis lanskap, yang melampaui batas administratif taman nasional dan melihat konservasi sebagai satu kesatuan ekosistem.
- Monitoring populasi gajah secara berkala dengan dukungan teknologi dan ilmu pengetahuan.
FKGI mengajak seluruh elemen bangsa — mulai dari pemerintah pusat dan daerah, korporasi, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, hingga media dan masyarakat umum — untuk turut serta menjaga kelestarian Tesso Nilo sebagai benteng terakhir gajah sumatera di Riau.
“Pelestarian Tesso Nilo bukan sekadar proyek konservasi. Ini adalah tanggung jawab moral dan warisan untuk generasi mendatang. Gajah adalah harga diri Sumatera. Kita tidak boleh tinggal diam melihat mereka terusir dari rumahnya sendiri,” pungkas Donny.