SMARTPEKANBARU.COM- Tinggal di panti jompo kerap dianggap sebagai langkah terakhir bagi lanjut usia (lansia) yang tidak lagi memiliki keluarga atau dianggap sebagai bentuk penelantaran. Padahal, bagi sebagian orang, keputusan menetap di panti jompo justru merupakan pilihan yang sadar dan realistis untuk menjaga kualitas hidup pada masa tua. Baca juga: Menimbang Plus Minus Panti Jompo sebagai Pilihan Merawat Orangtua 5 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Menitipkan Orangtua ke Panti Jompo Namun, pindah ke panti jompo bukan sekadar perubahan tempat tinggal. Menurut psikolog Meity Arianty, proses ini memerlukan kesiapan mental yang matang agar individu dapat menjalani transisi dengan sehat. Cara siapkan mental sebelum tinggal di panti jompo
1. Bangun pola pikir yang terbuka dan positif
Langkah pertama yang sangat penting menurut Meity adalah membangun pola pikir terbuka terhadap proses yang akan dilalui. Koperasi Merah Putih Hadapi Problem Kompleks Artikel Kompas.id Banyak lansia yang merasa enggan ke panti jompo karena menganggap hal itu sebagai bentuk penelantaran dari keluarga. Padahal, tinggal di panti jompo bisa membuat lansia lebih berdaya dengan lingkungan seusianya. “Menyiapkan diri secara mental penting banget di awal, kemudian bangun pola pikir yang terbuka dan positif terhadap proses yang akan dilalui di panti dan proses kemandirian,” jelas Meity saat diwawancarai Kompas.com, Kamis (10/7/2025). Memiliki pandangan yang sehat sejak awal akan sangat membantu seseorang menjalani hari-hari baru di lingkungan panti dengan lebih nyaman dan bahagia.
2.Terima perubahan peran sosial di masa tua
Saat seseorang memasuki usia lanjut, ia akan mengalami perubahan peran sosial yang cukup signifikan. Dari yang biasanya menjadi pengasuh, saat ini harus menjadi pihak yang diasuh. Hal ini kerap menimbulkan krisis identitas, jika tidak disiapkan. “Seseorang perlu belajar menerima perubahan peran sosial, memupuk kebiasaan beradaptasi, dan membangun kemandirian emosional,” tutur Meity. Dengan menerima perubahan tersebut sebagai bagian alami dari siklus kehidupan, proses transisi ke panti jompo bisa terasa lebih ringan.
3. Bangun relasi sosial yang sehat
Tinggal di panti jompo bukan berarti menjalani hidup sendirian. Di tempat ini, para lansia bisa membangun relasi sosial yang baru, bahkan lebih aktif dibanding tinggal di rumah. “Menjalin hubungan sosial yang sehat, memiliki hobi, dan terlibat dalam aktivitas bermakna dapat membantu menjaga kesehatan mental seseorang agar tetap tangguh,” ujar Meity. Baca juga: Upaya Pemprov DKI Siapkan Generasi Penerus untuk Masa Depan Jakarta Lebih Baik Dengan berkegiatan bersama, bertukar cerita, dan mengikuti aktivitas kelompok, rasa kesepian bisa ditekan dan semangat hidup tetap menyala.
4. Siap hadapi transisi lingkungan
Pindah dari rumah ke lingkungan baru seperti panti jompo tentu membutuhkan adaptasi. Mereka yang sudah menyiapkan diri lebih dulu akan cenderung lebih cepat beradaptasi dan merasa nyaman dengan ritme baru yang ditawarkan panti jompo.
5. Lihat panti jompo sebagai pilihan yang bermakna
penting untuk memaknai panti jompo sebagai tempat yang memberi peluang kehidupan baru, bukan tempat keterpaksaan. Banyak panti jompo saat ini dirancang dengan pendekatan psikososial yang positif, seperti memiliki fasilitas lengkap, aktivitas bermanfaat, dan tenaga profesional yang siap mendampingi. Dengan sudut pandang yang tepat, tinggal di panti jompo bisa menjadi masa yang tenang, sehat, dan produktif pada usia senja.
Sumber : Kompas . com