SMARTPEKANBARU.COM – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau saat ini tengah menanti hasil penilaian Tim Penilai Akhir (TPA) terkait tiga nama calon Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Riau.
Ketiganya kini berada di ujung persaingan, menunggu satu keputusan penting dari pemerintah pusat, siapa yang akan ditetapkan sebagai Sekdaprov Riau definitif.
Ketiga nama tersebut yakni Dr. Syahrial Abdi (Kepala Dinas Perkebunan Riau), Drs. Yusfa Hendri, M.Si (Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kota Batam), dan Jafrialdi, AP, M.IP (Kepala Bappeda Litbang Kuansing).
Plt Kepala BKD Riau, Zulkifli Syukur, melalui Kepala UPT Penilaian Kompetensi, Andi Husnadi, menyampaikan bahwa saat ini proses masih berada di tahap penilaian akhir oleh TPA.
“Perkembangan terakhir, prosesnya masih di TPA. Kita tinggal menunggu satu nama yang akan ditetapkan menjadi Sekdaprov Riau definitif,” kata Andi, Selasa (29/7/2025).
Namun, di balik proses yang tampak formal dan prosedural, hasil seleksi terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Madya ini justru menyimpan kejutan.
Nama-nama yang sebelumnya dijagokan seperti Taufik OH dan Erisman Yahya justru tersingkir di detik-detik terakhir.
Sebaliknya, muncul sosok-sosok yang sebelumnya kurang diperhitungkan namun kini berada di panggung utama birokrasi Riau.
Dari tiga nama yang lolos, dua figur diprediksi akan bersaing ketat secara “head to head” menuju kursi orang nomor satu di jajaran ASN Riau: Syahrial Abdi dan Yusfa Hendri.
Syahrial Abdi, satu-satunya wakil dari internal Pemprov Riau, dikenal sebagai birokrat senior dengan rekam jejak panjang.
Pernah menjabat Kepala Biro Humas hingga Pj Bupati Bengkalis, ia dinilai stabil, loyal, dan punya jejaring kuat di kalangan ASN. Namun, ia juga disebut sebagai bagian dari sistem lama, yang cenderung berhati-hati dan konservatif.
Di sisi lain, Yusfa Hendri adalah sosok kejutan. Berasal dari luar struktur Pemprov, ia kini menjabat Asisten Pemerintahan di Pemko Batam.
Ia dinilai memiliki pendekatan birokrasi modern, humanis, serta kemampuan mengelola pemerintahan urban yang kompleks.
Isu yang beredar menyebutkan, Yusfa punya koneksi kuat ke lingkaran eksternal Gubernur Riau Abdul Wahid, yang bisa menjadi faktor penentu.
Sementara itu, Jafrialdi hadir sebagai nama alternatif yang membawa warna teknokratis. Dengan latar belakang perencana pembangunan dan akademis, ia dipandang kuat dalam analisis kebijakan.
Meski peluangnya dianggap lebih kecil dibanding dua nama lainnya, kehadirannya tetap memperkaya dinamika seleksi ini.
Kini, bola panas berada di tangan Presiden. TPA akan menyerahkan satu nama terbaik, yang kemudian dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) dan ditandatangani oleh Presiden melalui Sekretariat Negara. Setelah itu, pelantikan tinggal menunggu waktu.
Sebelumnya, pengumuman tiga besar tertuang dalam Surat Keputusan Nomor 18/Pansel-JPTM/2025 yang ditandatangani Ketua Pansel Prof. Dr. H. Ilyas Husti, MA. Ia menegaskan bahwa seleksi telah dilakukan secara profesional dan transparan.
“Nama-nama ini adalah hasil seleksi terbuka yang dilakukan secara profesional, transparan, dan sesuai mekanisme. Ketiganya akan diajukan ke Gubernur Riau untuk proses selanjutnya,” ujar Ilyas.
Namun, sebagaimana dinamika politik birokrasi pada umumnya, drama belum usai. Satu ujian terakhir masih menanti: pemeriksaan kesehatan jasmani, rohani, serta bebas narkoba yang dijadwalkan 18 Juni lalu menjadi tahapan penutup sebelum nama resmi ditetapkan.
Kini publik menunggu, apakah Gubernur dan Presiden akan memilih stabilitas, penyegaran, atau jalur teknokratis? Dalam dunia birokrasi, kadang keputusan di ujung bukan soal yang paling kua, melainkan siapa yang paling tepat di waktu yang paling politik. (Tribunpekanbaru.com/Syaiful Misgiono)
Sumber : Tribunpekanbaru.com