Skip to content

SMARTPEKANBARU.COM

Business and Inspiration

  • News Update
  • Business Today
  • Live Talkshow
  • Ordinary News
  • Program
  • Advertorial
  • Streaming
  • Info Pajak
  • Haloawalbros
  • Toggle search form
  • Account Manager Telkom Riau Bahas Perluasan Layanan dengan PT Xtong Tech: Fokus pada Dual Track Astinet dan Perpanjangan Kontrak Ordinary News
  • JK: Akar Demonstrasi Berasal dari Masalah Internal, Bukan Pengaruh Asing Government
  • BSI dan Unri Siapkan Kolaborasi Riset Ekonomi Syariah Economy
  • Plt Irjen Kemenhaj Peintahkan Setop Akuisisi Aset Negara Jadi Aset Pribadi Nasional
  • Menko Zulhas Tegaskan Kopdes Merah Putih Bukan Program Bagi-bagi Uang Economy
  • Pemkab Pelalawan Mulai Bayar Utang Tunda Bayar Kegiatan 2023 Sebesar Rp 43 Miliar Ordinary News
  • Dapat Anugerah Adat ‘Ingatan Budi’ dari LAM Riau, Kapolri Sampaikan Komitmen Ini Ordinary News
  • Benarkah RAM Besar Bikin HP Lebih Kencang? Ini Penjelasannya Technology

Psikolog Ingatkan, Jangan Sering-sering Curhat ke ChatGPT dkk

Posted on 24 Juli 202524 Juli 2025 By Anisa

SMARTPEKANBARU.COM- Apakah Anda salah satu orang yang sering curhat ke chatbot AI, seperti ChatGPT, Gemini, Meta AI, Character.ai, Nomi, Replika, dan sejenisnya? Ada baiknya, kebiasaan itu mulai dikelola dengan bijak. Sebab, pakar psikologi menyebut keseringan curhat dengan chatbot berbasis kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) memiliki dampak. Salah satu alasannya karena interaksi dengan bot, memiliki efek yang berbeda dengan interaksi dengan manusia sungguhan. Profesor psikologi Univesity of Kansas, Omri Gillath mengatakan, interaksi antara manusia dengan chatbot terasa “palsu” dan “kosong”

Sebab, chatbot AI sejatinya tidak dirancang untuk memberikan kepuasan dalam interaksi jangka panjang.

Gillath mengatakan, AI tidak bisa mengenalkan Anda ke jejaring pertemanan layaknya manusia. AI tidak bisa memperkenalkan penggunanya ke teman baru atau sosok krusial yang bisa memberikan pelukan saat butuh sandaran. Chatbot AI, justru dirancang posesif, agar pengguna setia dan tetap bertahan di platform tersebut selama mungkin. Karena begitulah perusahaan pengembangnya mendapatkan keuntungan. “Mereka (pengembang) melakukannya di belakang dengan merancang coding chatbot agar menjadi adiktif,” jelas Gillath.

Chatbot AI hanya pemuas sesaat

Berdasarkan studi yang dilakukan Harvard Business, kebanyakan orang memilih chatbot AI sebagai teman curhat adalah karena kebutuhan terapi dan perkawanan. Akan tetapi, pakar psikologi menyarankan agar chatbot AI tidak dijadikan sebagai terapis. “Chatbot ini sejujurnya dirancang untuk memberikan jawaban yang diharapkan penggunanya,” kata Vaile Wright, seorang psikolog sekaligus Direktur Senior Inovasi Perawatan Kesehatan di American Psychological Association. Artinya, respons chatbot tersebut hanya ditulis secara asal mengikuti curhatan pengguna. Mereka tidak mempertimbangkan apakah jawaban yang diberikan sudah tepat dengan anjuran medis atau belum. “Jadi misalnya, Anda seseorang yang kebetulan berada di dalam situasi pelik dan mengetikkan sesuatu yang berpotensi berbahaya atau perilaku dan pikiran buruk, chatbot semacam ini akan memperkuat pikiran dan perilaku yang bisa jadi merugikan tersebut,” jelas Wright dalam podcast Speaking of Psychology, sebagaimana dikutip KompasTekno dari CNBC, Kamis (24/7/2025).

Bisa salah beri saran

Menurut Wright, respons AI yang hanya mengikuti “kata-kata” pengguna bisa berisiko menyesatkan. AI dinilai bisa memberikan saran yang salah karena tidak benar-benar memahami konteks dan keadaan psikologis pengguna.

Misalnya, AI memiliki pemahaman bahwa beberapa jenis narkoba legal, bisa membuat orang merasa lebih baik.

Lalu ketika ada pengguna yang curhat bahwa dirinya sedang lesu dan depresi, maka AI bisa saja menyarankan untuk mengonsumsi narkoba tersebut.

Padahal kenyataannya, AI tidak tahu kalau si pengguna sedang dalam masa pemulihan dari penggunaan narkoba illegal. Saran seperti inilah yang dimaksud bisa membahayakan pengguna. Wright menilai, kemungkinan seperti ini merupakan salah satu bentuk kelemahan teknologi AI. Ia memang dibuat untuk memiliki banyak pengetahuan, tapi tidak bisa memahami konteks penggunaan. “Perbedaan antara mengetahui dan memahami sebenarnya sangat penting ketika kita berbicara tentang penggunaan hal-hal ini untuk terapi,” tutur Wright.

Dengan demikian, meski AI bisa menjawab berbagai keluh kesah kehidupan Anda, para ahli psikologis tetap menganjurkan agar tidak mengandalkan alat tersebut sebagai tempat curhat utama.

Kemampuan AI yang hanya bisa menjawab sesuai dengan pengetahuan tanpa pemahaman mendalam, bisa berisiko terhadap kesehatan mental pengguna. Alangkah lebih baik ketika Anda sedang dalam keadaan tidak baik, segera cari pertolongan dan konsultasikan kepada pihak profesional.

Remaja banyak curhat ke chatbot AI

Kalangan remaja disebut segmen pengguna yang banyak memanfaatkan chatbot AI untuk curhat. Menurut laporan terbaru dari lembaga nirlaba Common Sense Media mengungkap, 72 persen remaja usia 13-17 tahun di Amerika Serikat (AS) mengaku pernah menggunakan “AI Companion” (pendamping AI) setidaknya sekali dalam hidup.

Sumber : Kompas.com

Technology

Navigasi pos

Previous Post: Benarkah RAM Besar Bikin HP Lebih Kencang? Ini Penjelasannya
Next Post: Banggar DPR Pastikan Proyek IKN Tidak Akan Mangkrak

Related Posts

  • Mengapa Starlink Stop Jualan di Indonesia? Technology
  • Review Xiaomi Robot Vacuum S40C, Solusi Rumah Bersih untuk Pengguna yang “Mager” Ordinary News
  • Honor MagicPad 3 Rilis Global, Tablet 13 Inci dengan Chip Snapdragon 8 Gen 3 Technology
  • Bukti ChatGPT Bakal Jadi Sistem Operasi, Bukan Cuma Chatbot Ordinary News
  • Apakah Buka Banyak Tab Browser Bakal Bikin Lemot? Ini Penjelasannya Technology
  • Bos Sony PlayStation “Spill” Tipis-tipis Jadwal Peluncuran PS6 Ordinary News

RADIO STREAMING

REPORTASE

YOUTUBE CHANNEL

350 Truk Bantuan Kemanusiaan Mulai Memasuki Jalur Gaza Lewat Rafah | SONORA UPDATE
Load More... Subscribe

Latest

FinEXPO 2025 Hadir di Pekanbaru, OJK Riau Dorong Masyarakat Melek Keuangan dan Jauhi Produk Ilegal

FinEXPO 2025 Hadir di Pekanbaru, OJK Riau Dorong Masyarakat Melek Keuangan dan Jauhi Produk Ilegal

19 Oktober 2025
Read More
Terima Kunjungan Wamendagri, Gubri Titip Aspirasi Percepatan Pembangunan di Riau

Terima Kunjungan Wamendagri, Gubri Titip Aspirasi Percepatan Pembangunan di Riau

17 Oktober 2025
Read More
Langkah Sinergis: Kemenkum dan BPN Riau Siapkan Perjanjian Kerja Sama Hukum

Langkah Sinergis: Kemenkum dan BPN Riau Siapkan Perjanjian Kerja Sama Hukum

17 Oktober 2025
Read More
BP3MI Riau Fasilitasi Kepulangan 41 Pekerja Migran Bermasalah

BP3MI Riau Fasilitasi Kepulangan 41 Pekerja Migran Bermasalah

17 Oktober 2025
Read More
Juli 2025
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  
« Jun   Agu »
Follow us on:
  • PT Indodharma Corpora Sepakati Penambahan Layanan Astinet Lite untuk Backup Operasional Pelabuhan Internasional Sekupang Ordinary News
  • Penutupan Festival Pacu Jalur 2025 Digelar Malam Ini, BMKG Peringatkan Potensi Hujan di Riau EVENT
  • Pemprov Riau Gelar Semarak Pendidikan Sambut HUT ke-68 Provinsi Government
  • Bupati Siak Apresiasi Kebijakan FSC sebagai Upaya Pemulihan Kerusakan Hutan Riau
  • Jaz to take time over decision that may change game Olahraga
  • Telkom Ritel Riau Selenggarakan Pelatihan UMKM Go Online Ordinary News
  • Tetap Optimis Mendidik Anak di Tengah Gejolak Politik, Ini Kata Psikolog Lifestyle
  • Batik Oey Soe Tjoen Pernah Wajib Jadi Mahar Pernikahan Peranakan Lifestyle

KONTAK KAMI :

SMART FM PEKANBARU Jalan Merak No. 83 B Marpoyan Damai  Pekanbaru<br>Email: smartfmpku@gmail.com Tlp: (Hunting) Tlp/WA: +62 811 757 1018

Copyright ©052024 . PT Radio Monaria

Powered by PressBook News WordPress theme