Skip to content

SMARTPEKANBARU.COM

Business and Inspiration

  • News Update
  • Business Today
  • Live Talkshow
  • Ordinary News
  • Program
  • Advertorial
  • Streaming
  • Info Pajak
  • Haloawalbros
  • Toggle search form
  • Anti Boncos! 3 Mahasiswa Riau Terpilih Jadi Duta Literasi Keuangan 2025 Ordinary News
  • Jual Seragam Masih Terjadi? Komisi III DPRD Pekanbaru : Segera Laporkan News Update
  • Gubri Ajak Warga Riau Mulai Hari dengan Olahraga Ordinary News
  • SMKN Baiturrahman Siap Tingkatkan Kegiatan Belajar Mengajar dengan Lab FO dari Telkom Galeri
  • KSPSI: Prabowo Janji Bahas RUU Perampasan Aset dalam Waktu Dekat Government
  • 1.470 Anak Putus Sekolah Dapat Bantuan Pemko, DPRD Pekanbaru Beri Dukungan Penuh News Update
  • Hangatnya Pertemuan Prabowo dan Jokowi di Solo, Isu Retaknya Hubungan Terbantahkan? Government
  • Asisten 1: Pemprov Riau Siapkan Perda dan Pergub untuk Pondok Pesantren News Update

Bisakah Orangtua dengan Parenting VOC Berubah? Ini Kata Psikolog

Posted on 28 Agustus 202528 Agustus 2025 By Anisa

SMARTPEKANBARU.COM-Bisakah orangtua yang sudah terbiasa dengan gaya parenting VOC atau pola asuh otoriter berubah? Adapun pola asuh VOC yang dimaksud identik dengan aturan ketat, disiplin berlebihan, dan sedikit ruang bagi anak untuk berpendapat. Menurut Psikolog Klinis Ratih Ibrahim, M.M., jawabannya tergantung dari generasi dan kesadaran masing-masing orangtua.

Apakah orangtua dengan gaya parenting VOC bisa berubah? 

Orangtua muda mungkin saja bisa berubah

Ratih menjelaskan, orangtua muda memiliki peluang besar untuk memperbaiki pola asuh mereka.  Hal ini karena kesadaran untuk tidak mengulangi pengalaman buruk di masa kecil bisa menjadi titik awal perubahan.

“Mereka ketika menjadi orangtua itu dari siapa sih belajarnya? Tentu dari pengalamannya ketika menjadi anak dan berpikir kelak tidak mau jadi orangtua yang seperti pengalamannya,” kata Ratih dalam acara Cussons Baby Peluncuran Kemasan Baru di Ganara Art Space Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (21/8/2025). Orangtua muda biasanya lebih terbuka terhadap informasi, memiliki akses pada sumber ilmu parenting modern, dan cenderung ingin menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi anak-anaknya.

Bagaimana dengan orangtua generasi lama? 

Namun, situasi berbeda terjadi pada orangtua dari generasi terdahulu. Ratih menyebutkan, sebagian besar dari mereka saat ini sudah berusia lanjut bahkan ada yang telah meninggal dunia. “Tapi kalau orangtua dari generasi lalu, mungkin sebagian besar sudah berusia lanjut atau sudah meninggal dunia. Mau apa lagi yang diubah?” ujarnya. Dalam kasus ini, anak justru yang perlu belajar berdamai dengan masa lalu.  Ratih menekankan, perubahan nyata justru bisa dimulai dari generasi penerus, bukan dengan memaksa generasi sebelumnya untuk berubah.

Anak bisa memutus rantai parenting VOC

Ratih menegaskan, anak-anak dari orangtua otoriter punya kesempatan besar untuk tidak mengulangi pola asuh yang sama. “Hal yang bisa kamu lakukan adalah berdamai dengan orangtua yang sudah lanjut usia karena yang paling bisa berubah adalah kamu sebagai anak,” ucapnya. Ia menambahkan, ketika anak tersebut kelak menjadi orangtua, mereka bisa memilih pola asuh yang lebih sehat. Langkah ini bisa membuat generasi selanjutnya tidak terjebak dalam luka atau trauma pengasuhan yang diturunkan dari generasi sebelumnya. “Kamu bisa mengubahnya, ketika kelak kamu punya anak, terapkanlah konsistensi, kasih sayang, dan konsekuensi pada anak,” imbuh Ratih.

Konsistensi dan keteladanan kunci pola asuh

Lebih lanjut, Ratih mengatakan, pola asuh yang sehat membutuhkan keseimbangan antara kasih sayang dan aturan.  Cara ini membuat anak tetap bisa merasakan cinta orangtuanya, tapi tetap menghargai batasan yang diterapkan di rumah.

“Dari situ kamu bisa tetap memberikan kasih sayang pada anak, tapi anak bisa tetap menghargai aturan dan batasan yang sudah ada diterapkan di rumah,” jelasnya. Namun, ada hal penting yang perlu diperhatikan yaitu orangtua juga harus konsisten dan memberi contoh nyata pada anak. “Jangan sampai jadi orangtua yang menerapkan aturan, tapi aturan tersebut tidak ia jalani juga, hanya anaknya saja. Maka ini akan sulit untuk mendisiplinkan anak, karena orangtuanya saja tidak mencontohkan,” ujar Ratih.

Ia menambahkan, begitu pola itu menjadi kebiasaan, orangtua akan lebih mudah menjalaninya. 

Sebaliknya, yang membuat pola asuh sulit diterapkan adalah perilaku tidak konsisten dari pihak orangtua sendiri. “Begitu jadi kebiasaan, pola itu akan dilakukannya mudah. Yang tidak konsisten, itu yang susah,” tegas Ratih.

Belajar dari penjelasan Ratih, meskipun orangtua generasi lama sulit mengubah gaya asuhnya, generasi muda memiliki kesempatan besar untuk memutus rantai parenting VOC.  Melalui konsistensi, kasih sayang, dan keteladanan, anak-anak bisa tumbuh di lingkungan yang lebih sehat secara emosional sekaligus tetap disiplin.

Sumber : Kompas.com

Lifestyle

Navigasi pos

Previous Post: Gagal Ginjal Akut pada Anak, Apa Bisa Sembuh? Simak Jawaban Dokter
Next Post: Ekonomi Kreatif Akan Jadi Mesin Baru Pertumbuhan Ekonomi

Related Posts

  • 4 Manfaat Ayah Mengantar Anak ke Sekolah, Tak Cuma Antar-Jemput Lifestyle
  • Wajah Seperti Ketarik Kulit Setelah Cuci Muka Bukan Tanda Bersih Lifestyle
  • Jangan Sembarangan Memakaikan Kosmetik ke Kulit Bayi Lifestyle
  • Mengoreksi Sekaligus Menutrisi Area Kulit Bawah Mata Lifestyle
  • Batal Dipindah, Walikota Tambah Area CFD Hingga ke Diponegoro Lifestyle
  • Berkaca dari Tes DNA Ridwan Kamil dan Anak Lisa Mariana, Apakah Hasil Tes DNA Bisa Salah? Lifestyle

RADIO STREAMING

REPORTASE

YOUTUBE CHANNEL

350 Truk Bantuan Kemanusiaan Mulai Memasuki Jalur Gaza Lewat Rafah | SONORA UPDATE
Load More... Subscribe

Latest

Terima Kunjungan Wamendagri, Gubri Titip Aspirasi Percepatan Pembangunan di Riau

Terima Kunjungan Wamendagri, Gubri Titip Aspirasi Percepatan Pembangunan di Riau

17 Oktober 2025
Read More
Langkah Sinergis: Kemenkum dan BPN Riau Siapkan Perjanjian Kerja Sama Hukum

Langkah Sinergis: Kemenkum dan BPN Riau Siapkan Perjanjian Kerja Sama Hukum

17 Oktober 2025
Read More
BP3MI Riau Fasilitasi Kepulangan 41 Pekerja Migran Bermasalah

BP3MI Riau Fasilitasi Kepulangan 41 Pekerja Migran Bermasalah

17 Oktober 2025
Read More
Langkah Sinergis: Kemenkum dan BPN Riau Siapkan Perjanjian Kerja Sama Hukum

Langkah Sinergis: Kemenkum dan BPN Riau Siapkan Perjanjian Kerja Sama Hukum

17 Oktober 2025
Read More
Agustus 2025
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
« Jul   Sep »
Follow us on:
  • AM Witel Riau Kunjungan Intimacy & Submit SPH Layanan More for Less di SMPN 13 Pekanbaru Ordinary News
  • Minuman Manis Bisa Tingkatkan Risiko Fatty Liver, Ini Penelitiannya Health
  • Peruri dan Jamdatun Jalin Kerja Sama Demi Kepastian Hukum Bisnis Economy
  • Agustus 2025, Produksi Sumur Rakyat Mulai Disalurkan ke Pertamina Economy
  • Pemadaman Karhutla Masih Dilakukan di Perbukitan Rohul, Sementara di Rohil Masuki Tahap Pendinginan Ordinary News
  • Telkom Riau Bahas Perpanjangan Kontrak Layanan Konektivitas dengan Plaza Senapelan Ordinary News
  • Harga Emas Pekanbaru, Emas Antam Pegadaian Turun, Harga di Gerai Butik Emas LM Business Today
  • Tak Menyerah pada Mimpi, Anak Buruh Tani di Rohil Lolos Beasiswa PHR ke Universitas Pertamina Business Today

KONTAK KAMI :

SMART FM PEKANBARU Jalan Merak No. 83 B Marpoyan Damai  Pekanbaru<br>Email: smartfmpku@gmail.com Tlp: (Hunting) Tlp/WA: +62 811 757 1018

Copyright ©052024 . PT Radio Monaria

Powered by PressBook News WordPress theme