SMARTPEKANBARU.COM-Direktur Utama BPJS Kesehatan Ghufron Mukti menyatakan, Indonesia berhasil membangun sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) hanya dalam waktu 10 tahun, lebih cepat dibandingkan sejumlah negara maju. “Seperti Jerman yang memerlukan 127 tahun, Jepang 36 tahun, dan Korea Selatan 12 tahun. (10 tahun) ini prestasi luar biasa yang harus dirawat bersama. JKN bukan hanya program pemerintah, tetapi karya bangsa yang mencerminkan semangat gotong royong,” kata Ghufron di Jakarta, Rabu (13/8/2025), dikutip dari Antara.
Keunggulan sistem JKN
Ghufron menjelaskan, salah satu keunggulan JKN Indonesia adalah pembayaran kapitasi berbasis kinerja bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Penilaian kinerja dilakukan langsung melalui sistem Performance Management Center yang memantau lebih dari 3.000 rumah sakit dan 23.000 FKTP di seluruh Indonesia. Sistem ini memastikan pembiayaan kesehatan digunakan efektif dan tepat sasaran.
“Kita bisa mengetahui kinerja setiap fasilitas kesehatan seperti layanan transportasi daring sekarang, di mana pasien bisa memberi rating langsung, mendaftar layanan mudah,” ujarnya.
Perhatian dunia
Menurut Ghufron, sistem JKN Indonesia menjadi perhatian global. Perwakilan dari lembaga pemerintah dan swasta di China, Inggris, Amerika Serikat, hingga Nigeria mengunjungi BPJS Kesehatan untuk mempelajari mekanismenya. “Dua pekan lalu perwakilan dari Boston terheran-heran bagaimana sistem ini bisa berjalan. Orang luar berpikir BPJS Kesehatan itu melebihi pikiran mereka, jadi apa yang kita kerjakan itu one step ahead,” katanya. Ia berharap dukungan lintas kementerian, lembaga, dan perhatian masyarakat penerima manfaat dapat memperkuat kualitas layanan jaminan kesehatan.
Tantangan pembiayaan
lansia BPJS Kesehatan kini bersiap menghadapi peningkatan beban pembiayaan seiring bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia yang mencapai 28 juta jiwa. Ghufron menyebut, kelompok lansia memiliki risiko tinggi penyakit jantung, kanker, dan gagal ginjal yang memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya besar. “Pembiayaan penyakit katastropik pada 2024 mencapai sekitar Rp 37 triliun. Jumlah ini akan terus meningkat jika kita tidak mengedepankan pencegahan,” ujarnya.
Langkah pencegahan
Salah satu strategi BPJS Kesehatan adalah memperluas program skrining kesehatan untuk deteksi dini penyakit, sekaligus mendorong masyarakat menerapkan gaya hidup sehat. Upaya ini sejalan dengan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) dari Presiden Prabowo Subianto, yang secara teknis dilaksanakan Kementerian Kesehatan dengan sasaran penerima manfaat di seluruh kelompok usia.
“BPJS bikin screening ini tujuannya agar orang itu berpola hidup sehat, juga pendekatan lain seperti sosialisasi yang dibalut seni,” kata Ghufron. Ghufron berharap kolaborasi dengan fasilitas kesehatan dan berbagai sektor yang telah berjalan dapat terus diperkuat untuk meningkatkan kesadaran publik menjaga kesehatan, sekaligus mengoptimalkan manfaat JKN.
Sumber : Kompas.com