SMARTPEKANBARU.COM- Ketika pasangan suami istri bercerai, hanya status suami dan istri saja yang berakhir. Status mereka sebagai ayah dan ibu bagi anak tetap berlangsung selamanya. Oleh karena itu, meskipun sudah bercerai, orangtua disarankan untuk tetap melakukan pengasuhan bersama atau yang belakangan lebih sering disebut dengan co-parenting. Kendati demikian, apakah co-parenting bisa membuat anak merasa bingung lantaran anak dibuat percaya bahwa orangtuanya masih bersama dan dalam keadaan baik-baik saja, meskipun sebenarnya tidak?
“Co-Parenting Setelah Bercerai Bisa Bikin Anak Bingung?
Ini Saran Psikolog”,
Co-parenting adalah pengasuhan anak yang dilakukan bersama-sama oleh orangtua yang sudah bercerai.
Pikiran dan perasaan negatif pada anak mungkin saja “terjebak” dalam diri mereka. Tanpa disadari, dua hal tersebut bisa melukai anak. “Diskusi yang tidak dilakukan dari hati ke hati tentunya membuat anak lebih sulit untuk dipahami, sehingga mungkin akan terlihat seperti masalah perilaku,” kata Alida.
Beri tahu anak secara perlahan
Bukan dengan, “Ayah dan ibu bercerai ya, nak”
Ketika memutuskan atau dalam proses perceraian, orangtua sebaiknya memberi tahu anak tentang apa yang terjadi. Langkah ini dapat mempersiapkan anak dengan kehidupan barunya setelah orangtuanya bercerai. “Ketika keputusan untuk bercerai sudah bulat bagi kedua pihak, anak harus diberi tahu. Luangkan waktu khusus untuk membicarakan ini pada anak. Lebih disarankan jika ayah dan ibu ada di situ,” jelas Alida. Melibatkan anak dalam diskusi tersebut bukan berarti ayah dan ibu membicarakan semua hal tentang perceraian mereka, seperti penyebab perceraian, secara merinci. Caranya pun bukan langsung mengatakan “Ayah dan ibu bercerai ya, nak”.
Cara memberi tahu anak perlu disesuaikan dengan usia anak. Semakin muda usia mereka, semakin sederhana pula cara dan kata-kata yang digunakan. Pada anak yang sudah mulai paham dengan isi dari buku yang dibaca, buku bisa menjadi alternatif untuk membantu ayah dan ibu menjelaskan soal situasi mereka. Ketika dijelaskan bahwa ayah dan ibu sudah harus tinggal di tempat yang terpisah karena tidak lagi “terikat”, kemungkinan besar anak bakal menanyakan alasannya. “Orangtua bisa menyiapkan jawaban seperti, ‘Dalam suatu hubungan, terkadang ada masalah. Masalahnya terkadang mudah, tapi juga terkadang susah. Nah, sekarang ayah dan ibu lagi menghadapi masalah yang susah banget’,” tutur Alida. Ayah dan ibu bisa lanjut menjelaskan bahwa mereka sudah mencoba berbagai cara untuk menyelesaikan permasalahan itu, tetapi tidak berhasil. Dengan demikian, mereka memutuskan untuk berpisah agar tidak saling menyakiti.
Ingatlah untuk tetap menjadi orangtua
Sampaikan ke anak bahwa ayah dan ibu akan tetap jadi orangtua
Terlepas dari alasan perceraian terjadi, dan perasaan apa pun yang dirasakan terhadap mantan pasangan, ingatlah untuk tetap menjadi orangtua dari sang buah hati. Hal ini juga perlu disampaikan ke anak agar mereka tetap dekat dengan ayah ibunya, meskipun sudah tidak lagi tinggal di satu atap yang sama. “Sampaikan bahwa ayah dan ibu tetap akan menjadi orangtua anak, dan itu tidak akan berhenti sampai kapanpun. Ayah dan ibu akan tetap menyayangi anak, memastikan kesehatannya, dan melakukan apapun agar anak tetap aman dan nyaman,” kesalahan mereka. “Katakan pada anak bahwa kehadiran mereka tetap menjadi hal yang paling disyukuri dalam kehidupan ayah dan ibu,Untuk itu, fokuskan pikiran dan tujuan hanya untuk anak ketika ingin menerapkan co-parenting. Kesehatan anak, baik secara mental maupun fisik, adalah prioritas. Meskipun perasaan marah dan kesal masih tertinggal di hati, kesampingkan dulu demi memprioritaskan keselamatan dan kesehatan anak guna menunjang tumbuh kembang mereka.
Sumber : Kompas.com