SMARTPEKANBARU.COM- Kusta atau lepra masih menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae ini tidak hanya menimbulkan dampak fisik, tetapi juga beban sosial akibat stigma yang melekat pada penderitanya. Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan, Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga jumlah kasus kusta terbanyak di dunia, setelah India dan Brazil. “Memang Indonesia menduduki tempat ketiga terbesar di dunia setelah India dan Brazil,” kata Dante di Tangerang, Kamis (14/8/2025), seperti dikutip dari Antara.
Peta tantangan kusta di Indonesia
Meski tidak merinci jumlah kasus, Dante menegaskan bahwa kusta masih menjadi penyakit endemis di sejumlah wilayah Indonesia.
Kondisi ini menjadi perhatian serius mengingat kusta masuk dalam daftar 21 penyakit tropis terabaikan yang menjadi target eliminasi global. Menurutnya, penanganan kusta memerlukan upaya komprehensif yang tidak hanya berfokus pada aspek medis, tetapi juga menyasar faktor sosial dan lingkungan.
Strategi eliminasi hingga 2030
Pemerintah menargetkan eliminasi kusta di 111 kabupaten/kota pada 2030. Target ini dicapai melalui strategi percepatan deteksi dini, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, penyebaran informasi yang benar, penghapusan stigma, pemberdayaan mantan penderita, serta kemitraan lintas sektor. “Maka target kita dalam pembebasan penyakit kusta dinaikkan saat ini menjadi 111 kabupaten/kota di 2030,” ujar Dante. Kolaborasi erat antara pemerintah pusat dan daerah, baik di bidang kesehatan maupun sosial, menjadi kunci keberhasilan program ini.
Pengenalan gejala dan pencegahan
Langkah penting lainnya adalah mengenalkan gejala kusta kepada masyarakat. Dengan pengetahuan yang memadai, masyarakat dapat segera mencari pengobatan ketika gejala awal muncul. Pemerintah juga memberikan kemoprofilaksis kepada kontak erat penderita kusta untuk mencegah penularan.
“Kemoprofilaksis kusta ini diberikan sebagai upaya pencegahan terhadap timbulnya penyakit kepada mereka yang kontak erat dengan penderita,” jelas Dante.
Lingkungan sehat dan penghapusan stigma
Dante menekankan pentingnya menjaga lingkungan yang sehat untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit tropis terabaikan, termasuk kusta. Lingkungan yang bersih dapat mengurangi risiko hewan atau vektor pembawa bakteri, virus, maupun patogen penyebab penyakit. Ia juga menyoroti pentingnya penghapusan stigma terhadap penderita kusta. Stigma kerap membuat pasien enggan memeriksakan diri, sehingga memperlambat diagnosis dan meningkatkan risiko penularan di komunitas. Baca juga: Hari Kusta Sedunia, Penanganannya Terkendala Stigma Masyarakat
Akses pengobatan di puskesmas
Pengobatan kusta kini tersedia di puskesmas, sehingga pasien tidak perlu dirujuk ke rumah sakit kecuali untuk kasus dengan gejala berat atau kecacatan.
“Kalau ke rumah sakit itu kalau ada gejala yang berat misal ada kecacatan yang berat, kalau hanya gejala ringan kita upayakan ditangani di puskesmas,” ujarnya. Dengan akses pengobatan yang lebih dekat, diharapkan pasien dapat segera memulai terapi dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Sumber : Kompas.com