SMARTPEKANBARU.COM- Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang sempat terjadi di Desa Tanjung Peranap, Kecamatan Tebingtinggi Barat mengakibatkan lahan terbakar sekitar kurang lebih 200 hektar.
Dari data yang diterima dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Meranti, vegetasi yang terbakar di sana yakni semak belukar, pakis dan sagu dengan jenis tanah gambut.
Api di sana akhirnya berhasil dipadamkan setelah tim gabungan berjibaku selama 19 hari.
Demikian disampaikan Kalaksa BPBD Kepulauan Meranti, Khardafi saat dikonfirmasi Rabu (13/8/2025).
“Selama pemadaman tim gabungan turun setiap harinya yang secara umum keterlibatan personel hampir 100 orang mulai dari TNI, Polri, BPBD, masyarakat, pemerintah kecamatan desa, MPA dan manggala agni serta perusahaan,” ungkapnya.
Tidak ditampik Khardafi, Karhutla yang terjadi saat itu cukup membuat tim gabungan kewalahan karna berbagai faktor, mulai dari api yang sulit dipadamkan karena tanah gambut, persediaan air, faktor cuaca dan medan yang sulit.
“Karhutla di Tanjung Peranap cukup membuat petugas kewalahan. Sehingga memakan waktu 19 hari,” jelasnya.
Dalam upaya pemadaman di Tanjung Peranap, BPBD Meranti juga meminta bantuan BPBD Riau dengan menurunkan helikopter untuk pemadaman dengan water bombing. Selain itu juga menurunkan alat berat dari bantuan perusahaan untuk pembuatan embung dan sekat bakar.
“Untuk menunjang pemadaman telah dibangun lebih dari 51 embung di sekitar lokasi kebakaran. Termasuk membuat sekat bakar,” ujarnya.
Khardafi juga m menghimbau kepada masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar. Karena hal itu sangat merugikan dan berdampak buruk. Baik dampak buruk secara pribadi, maupun secara luas. Mulai dari kerugian materil sampai kerugian waktu, pikiran dan tenaga.
“Selain itu dalam waktu dekat kita akan mendapatkan bantuan peralatan dari BPBD Provinsi untuk rinciannya nanti kita informasikan. Kita berharap dengan dukungan semua pihak Karhutla di Kepulauan Meranti agar tidak terjadi lagi.” Pungkasnya.
Sumber: Tribunpekanbaru.com