Skip to content

SMARTPEKANBARU.COM

Business and Inspiration

  • News Update
  • Business Today
  • Live Talkshow
  • Ordinary News
  • Program
  • Advertorial
  • Streaming
  • Info Pajak
  • Haloawalbros
  • Toggle search form
  • PPP Pekanbaru Nyatakan Dukungan untuk Program Prabowo–Gibran dan Kepemimpinan Mardiono Government
  • Membangun Generasi Digital, GM Telkom Riau Berbagi Ilmu dengan Mahasiswa UMRAH Live Talksshow
  • Harga MinyaKita Naik, DPRD Pekanbaru Minta Pemko Gelar Pasar Yang Lebih Murah Business Today
  • Transaksi Qris di Riau Tembus 400Juta per Bulan Business Today
  • TBS Sawit Swadaya di Riau Meningkat, Capai Rp 3.563,89 per Kg Economy
  • Bea Cukai Pekanbaru Laksanakan Pemusnahan Barang yang Menjadi Milik Negara (BMMN) Riau
  • Operasi Pasar Murah, Disperindag Inhu Sediakan 1 Ton Lebih Minyakita Economy
  • Dua Pasangan Bacakada Rohil Riau Akan Mengumumkan Dihari Pendaftaran Pilkada EVENT

Psikolog Ungkap Kelebihan dan Kekurangan Parenting VOC

Posted on 12 Agustus 202512 Agustus 2025 By Anisa

SMARTPEKANBARU.COM- Pola pengasuhan anak atau parenting mengalami perkembangan seiring zaman.  Salah satu gaya asuh yang masih sering diterapkan oleh sebagian orangtua Indonesia adalah parenting VOC, yakni gaya pengasuhan otoriter yang kaku dan menekankan kepatuhan mutlak. Psikolog Meity Arianty membeberkan beberapa kelebihan dan kekurangan gaya asuh ini agar tidak berdampak negatif pada tumbuh kembang anak. Simak selengkapnya.

Kelebihan Parenting VOC

Meski dikenal sebagai gaya asuh otoriter, parenting VOC masih memiliki beberapa sisi positif, terutama dalam hal pembentukan disiplin anak.

1. Anak belajar taat dan disiplin

Pola asuh ini menekankan aturan yang ketat dan struktur yang jelas. Anak terbiasa dengan rutinitas, batasan, dan konsekuensi yang tegas jika melanggar.

Meski begitu, Meity mengingatkan, efektivitas pola asuh ini sangat tergantung pada konteks dan cara penyampaian orangtua.

“Pola asuh yang terlalu kaku dan menekan bisa berisiko munculnya perlawanan tersembunyi terhadap otoritas yang mengarah ke gangguan perilaku kelak,” jelas Meity saat dihubungi Kompas.com, Selasa (5/8/2025).

2. Orangtua memiliki kendali penuh

Parenting VOC cenderung memberi posisi dominan pada orangtua dalam pengambilan keputusan. Hal ini dapat berguna dalam situasi darurat atau saat anak masih sangat kecil dan belum mampu berpikir rasional.Namun, Meity menekankan bahwa pendekatan seperti ini tidak cocok jika diterapkan terus-menerus. “Anak-anak perlu mendapatkan bimbingan dengan kasih sayang, dialog terbuka,” imbaunya.

3. Anak terhindar dari perilaku di luar batas 

Dengan kontrol ketat dari orangtua, anak cenderung mengikuti norma dan nilai yang berlaku di rumah.  Cara ini bisa mencegah mereka melakukan hal-hal yang berisiko seperti kenakalan remaja atau penyimpangan sosial. Namun, sisi positif ini bisa berubah menjadi negatif jika anak tidak memahami alasan di balik aturan dan hanya patuh karena takut.

Kekurangan parenting VOC

Di sisi lain, gaya asuh yang meniru sistem otoriter kolonial ini juga menyimpan banyak kelemahan yang dapat menghambat perkembangan mental dan emosional anak.

1. Minimnya dialog antara orangtua dan anak

Parenting VOC cenderung satu arah, dengan orangtua sebagai pemberi perintah dan anak sebagai pelaksana.  Anak jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan, bahkan untuk hal yang menyangkut dirinya sendiri.

“Di era modern ini, anak-anak perlu mendapatkan bimbingan dengan kasih sayang, dialog terbuka,” kata Meity. Tanpa dialog, anak tidak belajar cara berpendapat atau menyampaikan perasaannya secara sehat.

2. Anak tidak merasa dihargai

Karena hanya dituntut patuh tanpa ruang untuk menyampaikan pandangan, anak bisa tumbuh dengan rasa rendah diri. 

Hal ini dapat berbahaya karena bisa berujung pada hilangnya kepercayaan diri dan ketidakmampuan mengambil keputusan saat dewasa.

“Anak juga perlu mendapat penghargaan terhadap perasaan serta pendapat mereka agar mereka tumbuh menjadi individu yang percaya diri, kritis, dan mandiri,” tambah Meity.

3. Muncul perlawanan terselubung

Anak yang ditekan secara emosional sejak kecil bisa menyimpan perlawanan secara diam-diam. 

Menurut Meity, kondisi tersebut bisa muncul dalam bentuk perilaku pasif-agresif, bohong, atau bahkan membangkang saat usia remaja atau dewasa. “Pola asuh yang terlalu kaku dan menekan justru berisiko menimbulkan dampak negatif seperti kecemasan, rendah diri, bahkan perlawanan tersembunyi terhadap otoritas,” ungkap dia.

Alih-alih meniru sistem lama yang otoriter, Meity menyarankan orangtua untuk menerapkan pola asuh yang lebih demokratis dan komunikatif agar anak tumbuh sehat secara mental, emosional, dan sosial. 

Sumber : Kompas.com

Lifestyle

Navigasi pos

Previous Post: 1.470 Anak Putus Sekolah Dapat Bantuan Pemko, DPRD Pekanbaru Beri Dukungan Penuh
Next Post: DPD Himperra Riau Gelar Musda II: Fokus Pemilihan Ketua dan Program Strategis

Related Posts

  • Mengenal Sindrom Sarang Kosong, Saat Orang Tua Kesepian Melihat Anak Sudah Mandiri Lifestyle
  • Need to visit these places if you are a real foodie Kepri
  • 5 Alasan Berjalan Kaki Lebih Baik Dibanding Lari Health
  • 5 Cara Siapkan Mental Sebelum Tinggal di Panti Jompo Menurut Psikolog Lifestyle
  • Cegah Rambut Rontok dan Tipis, Ini Perawatan Penting di Usia 40an Lifestyle
  • Watercolor Blush, Rahasia Pipi Merona Natural ala Sabrina Carpenter Lifestyle

RADIO STREAMING

REPORTASE

YOUTUBE CHANNEL

350 Truk Bantuan Kemanusiaan Mulai Memasuki Jalur Gaza Lewat Rafah | SONORA UPDATE
Load More... Subscribe

Latest

Terima Kunjungan Wamendagri, Gubri Titip Aspirasi Percepatan Pembangunan di Riau

Terima Kunjungan Wamendagri, Gubri Titip Aspirasi Percepatan Pembangunan di Riau

17 Oktober 2025
Read More
Langkah Sinergis: Kemenkum dan BPN Riau Siapkan Perjanjian Kerja Sama Hukum

Langkah Sinergis: Kemenkum dan BPN Riau Siapkan Perjanjian Kerja Sama Hukum

17 Oktober 2025
Read More
BP3MI Riau Fasilitasi Kepulangan 41 Pekerja Migran Bermasalah

BP3MI Riau Fasilitasi Kepulangan 41 Pekerja Migran Bermasalah

17 Oktober 2025
Read More
Langkah Sinergis: Kemenkum dan BPN Riau Siapkan Perjanjian Kerja Sama Hukum

Langkah Sinergis: Kemenkum dan BPN Riau Siapkan Perjanjian Kerja Sama Hukum

17 Oktober 2025
Read More
Agustus 2025
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
« Jul   Sep »
Follow us on:
  • Lebarkan Jalan HR Soebrantas dan Buka Simpang Purna MTQ Jadi Jurus Atasi Kemacetan Pekanbaru Ordinary News
  • Anak Baca Buku Terlalu Dekat, Kebiasaan atau Kesehatan Mata Terganggu? Health
  • FKGI Serukan Aksi Nyata Selamatkan Habitat Gajah Sumatera di Tesso Nilo Ordinary News
  • Telkom Riau Survei Jaringan Permintaan Layanan PT. Sumaraja Indah Ordinary News
  • Jalan Selensen-Kota Baru-Bagan Jaya Diperbaiki, Gubri Abdul Wahid: Awal Desember Target Selesai Ordinary News
  • PT. Dian Kosmopolitan Menerima Kunjungan Telkom Wilayah Telkom Riau Galeri
  • PT Karya Teknik Utama Shipyard Perpanjang Layanan Kontrak Astinet dengan Telkom Riau Ordinary News
  • Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan, OJK Riau Beri Edukasi untuk Pelaku Usaha Mikro di Dumai Ordinary News

KONTAK KAMI :

SMART FM PEKANBARU Jalan Merak No. 83 B Marpoyan Damai  Pekanbaru<br>Email: smartfmpku@gmail.com Tlp: (Hunting) Tlp/WA: +62 811 757 1018

Copyright ©052024 . PT Radio Monaria

Powered by PressBook News WordPress theme