SMARTPEKANBARU.COM – Meskipun sebagian besar kasus keracunan makan “hanya” menyebabkan muntah-muntah dan bisa sembuh tanpa bekas, infeksi tertentu dapat meninggalkan efek jangka panjang yang serius pada kesehatan.
Keracunan makanan dapat terjadi akibat mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi, baik yang berasal dari bakteri, racun, parasit, virus, maupun bahan kimia.
Efek akut (segera) dari keracunan makanan antara lain adalah mual, muntah, pusing, dan diare. Namun, waspadai pula efek jangka panjangnya.
“Kalau bisa memang jangan sampai terjadi infeksi keracunan makanan, apalagi berulang, karena ada dampak jangka panjangnya,” kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof.Ari Fahrial Syam Sp.PD-KGEH di Jakarta (29/9/2025).
Ia menjelaskan, infeksi kronis bisa menyebabkan sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome/IBS). Infeksi bakteri usus yang parah dapat menyebabkan perubahan permanen pada saraf dan lapisan usus, menyebabkan sensitivitas yang berlebihan.
Ini mengakibatkan gejala kronis seperti sakit perut berulang, kembung, dan perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit). Bakteri pemicu utama IBS antara lain Campylobacter jejuni, Salmonella, Shigella, dan E. coli.
“Peradangan kronis juga berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker kolorektal. Jadi prinsipnya, ketika seseorang mengalami peradangan berulang-ulang akan mengubah struktur dari dinding usus dan bisa menyebabkan timbul keganasan di masa depan,” kata dokter ahli kesehatan saluran cerna ini.
Selain itu, infeksi bakteri E.coli diketahui dapat menyebabkan komplikasi berbahaya berupa gagal ginjal. Menurut penelitian, racun dari bakteri akan merusak dinding pembuluh darah kecil di ginjal, menyebabkan kerusakan sel darah merah (hemolisis) dan gagal ginjal akut.
Meski demikian, Prof.Ari mengatakan bahwa efek jangka panjang ini bisa terjadi jika infeksinya terjadi berulang.
“Harus kita perhatikan ketika seseorang sering bolak-balik infeksi, karena suatu waktu bisa terjadi perubahan struktur dinding ususnya,” katanya.
Efek jangka panjang dari keracunan makanan tidak terjadi pada semua orang, tetapi risikonya nyata. Mereka yang paling rentan adalah anak-anak, lansia, wanita hamil, dan individu dengan sistem kekebalan yang lemah.
Oleh karena itu, pencegahan melalui penanganan dan pengolahan makanan yang higienis adalah hal yang sangat krusial.
Sumber : Kompas.com