SMARTPEKANBARU.COM – Ada beragam mitos jerawat yang masih dipercaya, dari pengobatan jerawat dengan pasta gigi dan jerawat hanya dialami remaja. Padahal tidak semuanya benar secara medis.
Menurut dr. Vidyani Adiningtyas, Sp.DVE, dermatolog Dermsquad CeraVe Indonesia, salah kaprah ini justru bisa membuat penanganan jerawat tidak efektif.
“Jerawat itu bukan cuma masalah hormonal. Banyak faktor lain yang memengaruhi, dan sering kali masyarakat salah kaprah tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan,” ujar Vidyani, dalam acara CeraVe Acne Academy di Jakarta, Selasa (30/9/2025).
Lalu, apa saja mitos jerawat yang sebaiknya segera diluruskan? Berikut tiga di antaranya.
Mitos jerawat yang masih banyak dipercaya.
1. Jerawat hanya dialami remaja
Mitos pertama yang banyak dipercaya adalah jerawat hanya dialami oleh remaja karena faktor hormonal. Faktanya, jerawat bisa muncul di berbagai kelompok usia, mulai dari bayi hingga orang dewasa.
“Bahkan dewasa muda sampai usia agak tua juga masih bisa berjerawat. Termasuk bayi, ada yang namanya infantile acne. Jadi artinya jerawat itu bisa dialami siapa saja, dan tidak terbatas oleh gender,” jelas Vidyani.
Pandu Brodjonegoro, Marketing Director L’Oréal Dermatological Beauty, juga menyoroti kebiasaan orang yang masih menganggap jerawat akan hilang sendiri. Padahal, HAL itu salah.
“Kita tuh me-normalize (menormalkan) banyak juga yang ngomong tentang, ah yaudah di-manage (diatur), jangan dipencet, nanti juga hilang. Jadi ada banyak old things (hal lama) seperti itu,” kata Pandu dalam kesempatan yang sama.
“Jadi masih banyak beranggapan bahwa jerawat itu adalah fase yang akan hilang sendiri. Padahal itu sebenarnya tidak benar ya,” tambahnya.
2. Hanya produk berbahan keras yang bisa mengatasi jerawat
Ada anggapan bahwa jerawat hanya bisa hilang dengan produk berformula keras agar cepat kering.
“Ternyata gentle (bahan lembut) itu juga efektif kok ingredients-nya (bahannya) untuk menumpas jerawat. Jadi kalau kita tahu kan biasanya, aduh takut ya nanti jadi perih, jadi merah, jadi ngelupas gitu ya,” ucap Vidyani.
Justru produk berbahan keras ini dapat merusak skin barrier atau lapisan terluar kulit hingga memperparah kondisi kulit.
“Karena biasanya jerawat itu diasosiasikan dengan kulit yang berminyak. Jadi harus dibasmi minyaknya sampai tuntas. Akhirnya kulit jadi kering. Skin barrier rusak. Ingredients-nya pengennya pake yang paling tinggi biar cepat keluar. Ternyata enggak kayak gitu,” jelasnya.
Ia menambahkan, perawatan jerawat bisa dilakukan dengan bahan yang tetap lembut di kulit, misalnya salicylic acid, niacinamide, dan retinol.
“Selain itu, kulit tetap membutuhkan ceramide. Ceramide adalah salah satu komponen penting penyusun skin barrier. Ia berfungsi seperti semen yang merekatkan sel-sel kulit, sehingga lapisan terluar bisa mengurangi kemerahan,” tambahnya.
Dengan kata lain, merawat jerawat bukan berarti mengorbankan kelembapan kulit. Justru menjaga skin barrier tetap sehat adalah kunci agar perawatan jerawat bisa efektif.
3. Bawang putih dan pasta gigi ampuh atasi jerawat
Masih banyak orang yang percaya jerawat bisa hilang dengan cara instan menggunakan bahan rumah tangga, seperti bawang putih, pasta gigi, atau madu. Menurut Vidyani, cara ini berisiko menimbulkan masalah baru.
“Masih ada juga yang menggunakan bawang putih untuk mengatasi jerawatnya. Jadi kulitnya, bukannya jadi sembuh, malah jadi bopeng, menambah masalah baru,” tuturnya.
Pandu pun menyoroti dampak jangka panjang dari metode ini.
“Kalau jerawat ditangani dengan cara yang salah, risikonya muncul bekas jerawat, seperti noda hitam atau bopeng. Itu justru lebih sulit diatasi dibanding jerawatnya sendiri,” katanya.
Peran skin barrier yang sering terabaikan
Dari ketiga mitos tersebut, terlihat bahwa inti perawatan jerawat bukan hanya soal menghilangkan minyak atau mengempiskan benjolan merah di wajah.
Ada hal yang lebih mendasar yaitu menjaga skin barrier agar tetap sehat. Skin barrier adalah lapisan pelindung kulit paling luar yang terdiri dari sel-sel kulit, termasuk ceramide.
Jika skin barrier terganggu, kulit jadi lebih mudah meradang, iritasi, dan akhirnya jerawat makin sulit pulih. Oleh karena itu, perawatan jerawat sebaiknya dilakukan dengan bahan yang efektif namun tetap ramah di kulit, serta diiringi kebiasaan sehat.
Jika jerawat tidak kunjung membaik atau semakin parah, konsultasi ke dermatolog sangat dianjurkan agar perawatan lebih tepat sasaran.
Sumber : Kompas.com