SMARTPEKANBARU.COM – aktris Davina Karamoy sedang bersinar setelah ia membintangi film Ipar Adalah Maut.
Selain syuting, Davina juga sibuk menjadi bintang iklan dan berolahraga padel. Sayangnya dia sempat mengalami gejala anemia.
“Aku mudah lelah dan lesu. Terutama jika sedang menstruasi. Tapi tidak tahu kalau itu merupakan gejala anemia,” kata dia saat ditemui di acara Watsons di Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu (11/10/2025).
Setelah mencari informasi terkait anemia, Davina merasa kondisi ini ternyata sering diabaikan oleh perempuan muda.
“Dulu kan mikirnya mudah dan lesu itu krtena kurang tidur atau karena padatnya pekerjaan. Ternyata itu tanda-tanda anemia,” tutur aktris berusia 23 tahun ini.
Dia kini sangat memperhatikan kebutuhan asupan zat besi hariannya. Brand Sakatonik Activ Gummy ini mendukung perempuan usia produktif tetap aktif menjalankan aktivitas harian tanpa terhalang anemia.
Orang menderita anemia ditandai oleh hasil pemeriksaan kadar hemoglobin atau Hb dalam darah lebih rendah dari kadar normalnya.
Gejala anemia di antaranya adalah lelah, letih, dan lesu setelah beraktivitas atau berolahraga.
Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi anemia di Indonesia pada perempuan masih tinggi. Pada perempuan usia 15—24 tahun, angkanya mencapai 32 persen atau sebanyak 3—4 dari 10 remaja serta 1 dari 2 ibu hamil atau 48,9 persen juga mengalami anemia.
Praktisi kesehatan dr. Rovy Pratama, MBA menjelaskan, empat faktor sering menyebabkan seorang perempuan mengalami anemia atau disebut istilah ‘4K’ yaitu kekurangan, kehilangan, kerusakan, dan kehamilan.
“Tiga dari empat hal ini jadi penyebab mayoritas perempuan anemia,” kata dia.
Pertama, kekurangan, yaitu rendahnya asupan zat besi atau penyerapan yang tidak optimal akibat konsumsi kopi, teh, dan susu setelah makan.
“Tren sekarang sukanya minum kopi atau matcha setelah makan itu bisa menghambat penyerapan zat besi,” ujarnya.
Kedua, kehilangan akibat jumlah darah saat menstruasi banyak.
Selain itu juga karena gangguan pencernaan seperti tukak lambung yang menyebabkan perdarahan tersembunyi.
Ketiga adalah kerusakan, yaitu ketika sel darah merah hancur akibat penyakit tertentu seperti malaria atau thalassemia.
Keempat, kehamilan, merupakan kondisi alami yang membuat kebutuhan zat besi meningkat drastis.
“Pada ibu hamil, anemia dapat menimbulkan risiko komplikasi pendarahan dan menghambat pertumbuhan janin dan pada remaja putri, serta perempuan usia produktif bisa mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh, mudah lelah, dan menurunkan konsentrasi karena kurangnya asupan oksigen ke otak,” jelas Rovy.
Kemudian jangka panjang, anemia bisa mempengaruhi kualitas sumber daya manusia untuk generasi masa depan Indonesia, misalnya turunnya produktivitas dan prestasi belajar sampai risiko bayi lahir prematur, stunting, dan mengalami gangguan neurokognitif karena ibu hamil mengalami anemia. Inilah mengapa pencegahan anemia penting dilakukan sejak dini.
Perempuan adalah kelompok yang berisiko mengalami anemia, karena mengalami menstruasi tiap bulan dan ibu hamil yang menopang pertumbuhan janin serta risiko pendarahan saat persalinan, sehingga disarankan untuk mengonsumsi suplemen zat besi teratur.
“Edukasi anemia harus digencarkan, bagi perempuan aktif. Pencegahan paling sederhana adalah rutin mengonsumsi tablet tambah darah karena mudah dan murah,” tutur dia.
Kementerian Kesehatan mengidentifikasi kasus anemia, disebabkan salah oleh rendahnya konsumsi tablet tambah darah sejak usia remaja.
Dari 12,1 juta remaja, terdapat lebih dari 8,3 juta remaja tidak rutin mengonsumsi tablet tambah darah. Padahal, usia remaja merupakan masa krusial untuk pencegahan anemia kronis ketika dewasa dan kehamilan.
Berdasarkan data tersebut, Head of Vitamin Category Kalbe Consumer Health, Adelia Theresia meyakini pentingnya edukasi masyarakat mengenai anemia dan peran suplemen zat besi untuk menangani kasus anemia.
Sumber: Tribunnews.com