Skip to content

SMARTPEKANBARU.COM

Business and Inspiration

  • News Update
  • Business Today
  • Live Talkshow
  • Ordinary News
  • Program
  • Advertorial
  • Streaming
  • Info Pajak
  • Haloawalbros
  • Toggle search form
  • Wisma Bintan Harmoni Puas dengan Layanan Indibiz: Sinergi yang Semakin Erat Galeri
  • Tren “No Make Up”, Saatnya Rayakan Kecantikan Tanpa Topeng Riasan Lifestyle
  • Sebanyak 250 Tim Diprediksi Ikut Festival Pacu Jalur 2025, Tepian Narosa Bersiap Sambut Ratusan Ribu Pengunjung EVENT
  • Tatap Popnas, Dispora Riau Persilahkan Basket Seleksi Sendiri Olahraga
  • Telkom Riau Undang Rektor Universitas Lancang Kuning Silaturahmi Business Today
  • Polsek Kuantan Tengah Musnahkan Sembilan Rakit saat Tertibkan Aktivitas PETI Riau
  • Presiden Prabowo Ucapkan Belasungkawa atas Wafatnya Kwik Kian Gie Government
  • Sekda Riau Dorong Sektor Pertanian untuk Pertumbuhan Ekonomi di Kampar Economy

Apakah Anak Kecil Boleh Diet? Ini Penjelasan Dokter Cara Aman Atasi Obesitas Anak

Posted on 13 Oktober 202513 Oktober 2025 By Anjelina Laia

SMARTPEKANBARU.COM – Anak dengan pipi tembam dan tubuh berisi sering kali dianggap lucu dan sehat. Tapi di balik anggapan itu, bisa jadi tersimpan tanda-tanda obesitas yang berisiko pada kesehatan jangka panjang.

Fenomena anak-anak dengan berat badan berlebih kini semakin sering dijumpai.Tak sedikit orang tua yang merasa bingung, apakah anaknya benar-benar obesitas, atau hanya sedang berada di fase pertumbuhan.

Certified Obesity & Weight Management Consultant dr. Guadelupe Maria Melissa menegaskan, penanganan obesitas pada anak tidak boleh dilakukan dengan metode diet ekstrem.

“Kalau untuk anak-anak, yang pertama itu kita tidak akan mentargetkan berapa kilo yang harus turun. Dari pertama kita akan hitung dari grafik obesitas yang memang ada di Centers for Disease Control and Prevention (CDC),” jelas dr. Melissa dalam acara Press Conference LIGHTweight Challenge 2025 di Jakarta Selatan, Sabtu (10/10/2025).

Menurutnya, grafik CDC (Centers for Disease Control and Prevention) digunakan untuk menilai proporsi berat badan anak berdasarkan usia dan tinggi badan.

Dengan cara ini, dokter dapat menilai apakah seorang anak termasuk dalam kategori berat badan normal, berisiko obesitas, atau sudah mengalami obesitas.

Namun, dr. Melissa menekankan bahwa tujuan utama bukan menurunkan berat badan secepat mungkin. Melainkan membentuk pola makan yang sehat dan berkelanjutan.

“Kita hanya mengajarkan lapar dan kenyang. Jadi kapan anak itu makan, kapan anak itu stop makan. Kita tidak boleh sampai kelaparan atau tidak boleh sampai kekenyangan,” ujarnya.

Pendekatan ini dikenal sebagai mindful eating for kids, yaitu membantu anak-anak mengenali sinyal tubuhnya sendiri. Anak belajar bahwa makan bukan pelarian dari bosan atau stres, tetapi bentuk perhatian pada tubuh.

Selain itu, dr. Melissa dan tim juga mengedukasi anak-anak dengan metode yang mudah dipahami, yaitu konsep “lampu lalu lintas makanan”.

“Kita punya satu rambu-rambu, kuning, hijau, dan merah, itu makanan apa yang boleh sering, apa yang boleh dibatasi, apa yang tidak boleh dimakan,” tambahnya.

Dengan sistem ini, anak diajarkan untuk mengenal makanan sehat tanpa rasa terpaksa.

Makanan hijau adalah yang boleh dikonsumsi sering, seperti sayur, buah, ikan, dan sumber protein sehat.

Makanan kuning adalah yang sebaiknya dibatasi, seperti nasi putih, roti, atau makanan olahan ringan.

Sementara makanan merah adalah yang sebaiknya dihindari, seperti gorengan, minuman manis, dan makanan cepat saji.

Lingkungan Jadi Faktor Kunci

Obesitas pada anak, menurut dr. Melissa, tidak hanya disebabkan oleh pola makan, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan budaya masyarakat.

“Bisa pengaruh lingkungan, dari keluarga, atau mungkin mitos-mitos yang, oh kalau anak cabi itu lebih lucu. Atau misalkan orang tua-orang tua yang kasih reward makanan ke anak,” ungkapnya.

Kebiasaan memberikan makanan sebagai hadiah atau penghiburan membuat anak belajar mengaitkan makanan dengan emosi.

Akibatnya, mereka makan bukan karena lapar, tapi karena ingin merasa senang atau dihargai.

Selain itu, perubahan gaya hidup juga berperan besar. Aktivitas fisik anak zaman sekarang menurun drastis, tergantikan oleh layar gawai.

Artinya, ruang gerak yang sempit, kurangnya aktivitas luar ruangan, serta pola asuh yang permisif terhadap screen time turut memperburuk risiko obesitas anak.

Obesitas Bukan Sekadar Soal Penampilan

Banyak orangtua yang baru menyadari risiko obesitas setelah anak mengalami keluhan kesehatan seperti cepat lelah, sulit tidur, atau kadar gula darah tinggi.

Padahal, obesitas pada anak bisa berkembang menjadi penyakit kronis di masa depan, seperti diabetes tipe 2, hipertensi, hingga gangguan metabolik.

Lebih lanjut dr. Melissa menegaskan, anak-anak tidak boleh menjalani diet defisit kalori ekstrem. Karena mereka masih dalam masa pertumbuhan dan membutuhkan nutrisi lengkap untuk perkembangan otak dan tubuh.

“Kita nggak akan ekstrim defisit karena dia masih masa pertumbuhan. Dan yang terakhir kita harus screening, apakah ada gangguan hormonal atau tidak,” jelasnya.

Apabila ditemukan gangguan hormonal, seperti hipotiroid atau resistensi insulin, dokter akan menyesuaikan terapi agar anak tetap tumbuh sehat tanpa menimbulkan stres atau tekanan psikologis.

Sumber : Tribunnews.com

Lifestyle, Ordinary News

Navigasi pos

Previous Post: Bupati Inhil Tinjau Lokasi Kebakaran Pasar Terapung, Pastikan Penataan Ulang Segera Dilakukan
Next Post: UHC Riau Capai 99,02 Persen, Bukti Nyata Komitmen Gubernur Tingkatkan Layanan Kesehatan

Related Posts

  • SDIT Darussalam Batam Pilih Telkom Indibiz 200 Mbps untuk Tingkatkan Konektivitas Ordinary News
  • PERAN INTERNET DALAM OPTIMALISASI KINERJA FTKP DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT DEGENERATIF Ordinary News
  • Coffee Morning OJK Riau: Dorong Stabilitas dan Investasi Hijau Lewat Sinergi Lintas Sektor Ordinary News
  • OJK Riau Dorong Inklusi Keuangan Lewat Festival Pacu Jalur 2025 Ordinary News
  • Tips Mengendalikan Mata Minus pada Anak Bertambah, Wajib Tahu Health
  • Menkeu Purbaya Diprotes Gubernur se Indonesia, Anggota DPR Sarankan Bupati-Walikota Lakukan Hal Sama Ordinary News

RADIO STREAMING

REPORTASE

YOUTUBE CHANNEL

350 Truk Bantuan Kemanusiaan Mulai Memasuki Jalur Gaza Lewat Rafah | SONORA UPDATE
Load More... Subscribe

Latest

Terima Kunjungan Wamendagri, Gubri Titip Aspirasi Percepatan Pembangunan di Riau

Terima Kunjungan Wamendagri, Gubri Titip Aspirasi Percepatan Pembangunan di Riau

17 Oktober 2025
Read More
Langkah Sinergis: Kemenkum dan BPN Riau Siapkan Perjanjian Kerja Sama Hukum

Langkah Sinergis: Kemenkum dan BPN Riau Siapkan Perjanjian Kerja Sama Hukum

17 Oktober 2025
Read More
BP3MI Riau Fasilitasi Kepulangan 41 Pekerja Migran Bermasalah

BP3MI Riau Fasilitasi Kepulangan 41 Pekerja Migran Bermasalah

17 Oktober 2025
Read More
Langkah Sinergis: Kemenkum dan BPN Riau Siapkan Perjanjian Kerja Sama Hukum

Langkah Sinergis: Kemenkum dan BPN Riau Siapkan Perjanjian Kerja Sama Hukum

17 Oktober 2025
Read More
Oktober 2025
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
« Sep    
Follow us on:
  • Resmi, Ini 8 Pesenam Indonesia yang Turun di Kejuaraan Dunia Gimnastik 2025 Internasional
  • Bupati Bengkalis Hadiri Perayaan HUT Kelenteng Tiong Gi Keng di Pangkalan Nyirih Ordinary News
  • Samsung Ubah Kebiasaan, Lini Galaxy Z Fold Bakal Dapat OS Anyar Duluan? Technology
  • UHC Riau Capai 99,02 Persen, Bukti Nyata Komitmen Gubernur Tingkatkan Layanan Kesehatan Health
  • WHO dan UNICEF Dorong Cuti Melahirkan Berbayar untuk Dukung Ibu Menyusui Health
  • Yulisman Calon Diunggulkan di Musda, Daftar untuk Ketua Golkar Riau Riau
  • 3E SME Witel Riau Kunjungi RS Awal Bros Mendengarkan Voice of Customer Haloawalbros
  • Pemerintah Tentukan Kebijakan Penghapusan Sanksi Administratif Pajak Terkait Implementasi Coretax DJP INFO PAJAK

KONTAK KAMI :

SMART FM PEKANBARU Jalan Merak No. 83 B Marpoyan Damai  Pekanbaru<br>Email: smartfmpku@gmail.com Tlp: (Hunting) Tlp/WA: +62 811 757 1018

Copyright ©052024 . PT Radio Monaria

Powered by PressBook News WordPress theme