SMARTPEKANBARU.COM – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa buka suara terkait Bank Dunia (World Bank) yang menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 menjadi 4,8 persen dari sebelumnya 4,7 persen. Meski Bank Dunia merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi RI, angka ini masih di bawah target pemerintah, di mana ekonomi tumbuh 5,2 persen sepanjang 2025. Purbaya mengakui, pertumbuhan ekonomi hingga Kuartal III 2025 masih akan melambat. Namun, mulai Kuartal IV 2025, pertumbuhan ekonomi akan kembali pulih seiring dengan sederet kebijakan yang dilakukan pemerintah pada Kuartal III dan IV ini.
“Mungkin ya Kuartal III akan lambat karena emang pelambatan kemarin kan. Anda lihat demo-demo itu kan sebetulnya indikasi ekonomi yang melambat. Cuma kan Kuartal IV akan tumbuh lebih cepat,” ujarnya saat ditemui di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (8/10/2025).
Dia memperkirakan ekonomi akan tumbuh pesat hingga 5,5 persen pada Kuartal IV 2025, sehingga dapat menambal pelambatan ekonomi di Semester I 2025 yang hanya terealisasi 4,99 persen. Optimisme ini timbul lantaran Purbaya mendapatkan laporan dari salah satu bank Himbara bahwa pertumbuhan kredit mulai meningkat setelah pemerintah menempatkan dana pemerintah di sistem perbankan sebesar Rp 200 triliun.
“Sekarang (penyaluran kredit perbankan) kita udah tumbuh di satu bangkit dari 8 persen ke 11 persen naiknya. Saya harapkan di tempat lain juga seperti itu,” ucapnya. “Artinya saya enggak penting pernah jatuh, yang penting ke depan arahnya kemana. Karena akan lihat ke depan akan naik terus,” tukasnya. Diberitakan sebelumnya, Bank Dunia menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 menjadi 4,8 persen, lebih tinggi dibanding estimasi sebelumnya sebesar 4,7 persen.
Dalam laporan East Asia and Pacific Economic Update edisi Oktober 2025 yang dirilis Selasa (7/10/2025), Bank Dunia mencatat pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara kawasan Asia Timur dan Pasifik (EAP) masih tergolong tinggi. Namun, lembaga ini mengingatkan bahwa langkah-langkah yang ditempuh pemerintah saat ini untuk menjaga pertumbuhan belum tentu cukup menopang ekspansi ekonomi jangka panjang. Bank Dunia menyoroti laju pertumbuhan tahunan di China dan Indonesia yang berada di kisaran lima persen.
Angka ini disebut melampaui potensi pertumbuhan alami, sebagian besar berkat dukungan pemerintah melalui subsidi dan investasi negara. “Saat ini, alokasi anggaran pemerintah Indonesia difokuskan pada subsidi untuk sektor pangan, transportasi, dan energi, serta investasi yang digerakkan oleh negara guna mendorong peningkatan permintaan agregat dalam perekonomian,” tulis laporan tersebut.
Bank Dunia menekankan bahwa Indonesia dan China perlu memperdalam reformasi ekonomi untuk menjaga momentum pertumbuhan. Reformasi yang dimaksud mencakup penghapusan hambatan non-tarif di sektor jasa, deregulasi, hingga penyederhanaan perizinan usaha, khususnya di Indonesia, guna membuka lapangan kerja produktif dan meningkatkan daya saing.
sumber ; kompas.com