SMARTPEKANBARU.COM – Setiap 2 Oktober, Indonesia merayakan Hari Batik Nasional sebagai wujud penghargaan terhadap warisan budaya yang telah diakui UNESCO sejak 2009.
Tahun ini, tema yang diusung adalah “Batik Merawit”, dengan ikon resmi Batik Tulis Merawit Cirebon.
Tema ini bukan hanya menyoroti keindahan motif batik, tetapi juga makna filosofis di baliknya, yaitu kehalusan, ketekunan, dan dedikasi dalam melestarikan tradisi di tengah arus modernisasi.
Apa itu batik merawit?
Mengutip dari laman Kemenperin, istilah merawit merujuk pada detail garis-garis halus yang rapi dan rapat dalam motif batik.
Teknik ini biasanya menggunakan canting tembokan dengan malam panas, menghasilkan goresan tipis yang tidak putus di atas kain berwarna terang.
Garis atau outline umumnya menggunakan warna lebih gelap sehingga menghasilkan kontras yang elegan.
Motif merawit dikenal sangat rumit dan membutuhkan kesabaran ekstra. Itulah sebabnya, batik merawit kerap dipandang sebagai simbol ketekunan perajin sekaligus cerminan kehalusan budaya Nusantara.
Ikon resmi: batik tulis merawit Cirebon
Melansir dari laman Kemenperin, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bersama Yayasan Batik Indonesia (YBI) menetapkan Batik Tulis Merawit Cirebon sebagai ikon resmi Hari Batik Nasional 2025.
Tak hanya itu, batik ini juga telah memperoleh sertifikat Indikasi Geografis (IG) pada November 2024, yang menjamin keaslian dan kualitasnya.
Sertifikat IG ini melindungi nama dan karakteristik Batik Merawit Cirebon agar tidak disalahgunakan, sekaligus memastikan bahwa proses pembuatannya sesuai standar tradisi lokal.
Filosofi batik merawit
Tema tahun ini dianggap relevan karena sejalan dengan filosofi yang terkandung dalam batik merawit, detail yang rumit melambangkan kesabaran, ketelitian, dan keuletan.
Filosofi ini tidak hanya merefleksikan proses membatik, tetapi juga menjadi metafora kehidupan bangsa Indonesia yang mampu bertahan dengan kerja keras dan konsistensi.
Menurut catatan Yayasan Batik Indonesia, batik merawit juga melambangkan kehalusan rasa dan keteraturan, nilai-nilai yang sangat penting untuk menjaga harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.
Inovasi dan tantangan industri
Meski batik identik dengan tradisi, industri ini juga harus beradaptasi dengan zaman. Kemenperin mendorong perajin untuk mengadopsi teknologi ramah lingkungan, seperti kompor listrik batik, pemanfaatan limbah sawit untuk malam, hingga katalog digital pewarna alami.
Namun, tantangan tetap ada. Produksi batik merawit membutuhkan waktu dan tenaga yang jauh lebih besar dibandingkan batik cap atau printing.
Karena itu, harga batik merawit bisa lebih tinggi, dan regenerasi perajin menjadi kunci agar teknik ini tidak hilang ditelan zaman.
Batik merawit di mata generasi muda
Di era digital, batik merawit mulai dilirik oleh generasi muda sebagai karya seni sekaligus mode bernilai tinggi.
Sejumlah desainer tanah air memasukkan elemen merawit dalam koleksi busana modern, dari gaun elegan hingga aksesori fesyen.
Hal ini menunjukkan bahwa batik bukan hanya pakaian adat, melainkan juga medium ekspresi yang bisa terus berevolusi tanpa kehilangan akar tradisinya.
Makna peringatan tahun ini
Tema “Batik Merawit” memberi pesan ganda, di satu sisi mengajak masyarakat menghargai detail dan filosofi batik, di sisi lain mendorong transformasi agar industri batik tetap hidup dan berdaya saing global.
Perayaan Hari Batik Nasional 2025 bukan hanya tentang mengenakan batik sehari dalam setahun, tetapi juga memahami makna di balik setiap motif, mendukung perajin lokal, dan memastikan warisan ini tetap lestari untuk generasi mendatang.
Selamat Hari Batik Nasional 2025.
Mari rayakan keindahan batik merawit, simbol kehalusan tradisi dan kuatnya identitas bangsa.
Sumber : Kompas.com