SMARTPEKANBARU.COM – Sejumlah dokter anak dan ahli kesehatan masyarakat mengingatkan potensi risiko paparan Bisphenol A (BPA) pada bayi dan balita, terutama dari penggunaan kemasan plastik keras, seperti galon guna ulang dan wadah makanan.
Isu tersebut turut mendapat perhatian di ranah internasional melalui rancangan perjanjian global PBB yang dibahas di Busan, Korea Selatan.
Rancangan ini secara khusus menekankan perlindungan balita dari paparan BPA. BPA lazim dipakai sebagai bahan pembuat plastik keras dan lapisan dalam kaleng.
Dalam penggunaan sehari-hari, jejaknya bisa ditemukan pada galon guna ulang, botol, wadah makanan, mainan, hingga struk belanja. Namun, zat tersebut dapat bermigrasi ke makanan atau minuman, terutama saat terkena panas.
“Tubuh bayi belum optimal membuang BPA sehingga paparan (yang masuk ke dalam tubuh) bisa bertahan lebih lama,” kata ahli kesehatan masyarakat dr Basrah Amru dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Senin (6/10/2025).
Ia menambahkan, paparan BPA bisa terjadi sejak masa kandungan dan berdampak pada perkembangan otak bayi. Selain itu, paparan BPA juga dapat memengaruhi daya tahan tubuh anak.
“Anak yang terpapar BPA lebih rentan sakit karena sistem kekebalannya terdampak,” ujar dr Basrah.
Hal senada diungkapkan dokter anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr Irfan Dzakir Nugroho. Menurutnya, paparan BPA pada anak berkaitan dengan gangguan perilaku dan emosi, mulai dari hiperaktivitas, kecemasan, gangguan konsentrasi, hingga risiko depresi. Dalam jangka panjang, katanya, paparan BPA juga bisa jadi penyebab obesitas dan diabetes di kemudian hari.
Temuan dan imbauan tersebut sejalan dengan keputusan otoritas keamanan pangan European Food Safety Authority(EFSA) yang memperketat ambang batas aman BPA, serta kebijakan pelarangan penggunaan BPA pada kemasan pangan di Eropa mulai Januari 2025.
Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mewajibkan pencantuman label peringatan BPA pada galon air minum dalam kemasan yang menggunakan bahan polikarbonat.
Kebijakan itu bertujuan, agar konsumen, khususnya orangtua dengan anak usia dini, dapat mengambil keputusan yang lebih terinformasi saat memilih produk.
Para ahli tersebut pun menyarankan beberapa kiat untuk melindungi buah hati dari risiko paparan BPA.
1. Memilih botol dan wadah makan berlabel “BPA Free”.
2. Menghindari memanaskan makanan atau minuman dalam wadah plastik.
3. Mengganti galon yang sudah berusia di atas 1 tahun, kusam, atau retak.
4. Membaca label kemasan sebelum membeli produk anak.
“Dampak paparan BPA mungkin tidak tampak segera, tetapi dapat berpengaruh panjang. Maka dari itu, melindungi anak dari risiko paparan BPA harus menjadi prioritas utama,” tutur dr Basrah.
Dengan meningkatnya perhatian global dan bertambahnya bukti ilmiah, orangtua diimbau cermat dalam memilih produk harian untuk anak, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan yang menentukan masa depan si kecil.
Sumber : Kompas.com