SMARTPEKANBARU.COM – Center of Economic and Law Studies (Celios) mengungkapkan program makan bergizi gratis (MBG) menyebabkan harga sejumlah komoditas pangan di pasaran melonjak. Berdasarkan data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang diolah Celios, sejak awal Juni 2025 harga daging ayam ras melonjak naik sekitar 9,3 persen dalam waktu empat bulan dari Rp 35.066 menjadi Rp 38.322 per kilogram. Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas ikan kembung sebesar 3,2 persen dari Rp 40.665 menjadi Rp 41.955 dan telur ayam sebesar 2,9 persen dari Rp 28.973 menjadi Rp 29.807 per kg. Direktur Kebijakan Publik Celios Media Wahyudi Askar mengatakan, gejolak harga pada ketiga komoditas tersebut terjadi di kala bahan pangan lain relatif stabil. Hal ini karena ketiganya menjadi komoditas utama MBG.
“Fakta ini memperkuat dugaan bahwa lonjakan permintaan akibat MBG adalah pemicu langsung kenaikan harga ayam di pasar,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (2/10/2029).
Menurutnya, hal ini merupakan dampak dari tata kelola program MBG yang tersentralisasi dengan dapur besar dan tidak melibatkan sekolah dan UMKM. Tata kelola tersebut membuat peternak ayam dan pedagang ayam di pasar tradisional sulit masuk ke rantai pasok MBG karena tidak bisa memenuhi volume dan standar kualitas. “Skema MBG yang kini bertumpu pada dapur umum berskala besar harus segera dihentikan,” tegasnya. Dia menjelaskan, sejak program MBG dimulai, penyediaan jutaan porsi makanan bergizi per hari dipusatkan di dapur umum berskala besar. Dapur-dapur ini beroperasi dengan standar industri dan memilih pasokan ayam langsung dari pemain besar yang memiliki kapasitas produksi tinggi.
Mayoritas dapur umum tersebut tidak membeli ayam dari pasar tradisional atau peternak rakyat, melainkan mengandalkan kontrak pasok besar yang stabil dari perusahaan unggas besar. “Pola ini sekaligus memutus hubungan ekonomi dengan pedagang kecil yang selama ini hidup dari pasar harian,” katanya. Oleh karenanya, Media menyarankan jika program MBG dilanjutkan, maka sebaiknya pengelolaan program makan gratis dikembalikan ke sekolah, kelompok masyarakat, dan komunitas kecil di desa atau lingkungan RT.
Dengan cara ini, pengadaan bahan pangan dapat melibatkan pedagang lokal, peternak rakyat, serta UMKM di sekitar sekolah. “Kalau sekarang, uangnya berputar di pemain besar, dan dinikmati pengelola dapur besar yang bermodal. Kalau masih seperti skema sekarang, lebih baik MBG di stop saja,” tukasnya.
sumber ; kompas.com