Gaya hidup serba cepat membuat banyak orang abai pada pola makan sehat. Tanpa disadari, pilihan makanan yang dikonsumsi sehari-hari bisa menjadi “bom waktu” bagi tubuh alias memicu penyakit.
D. Consistania Ribuan, Sp.GK, AIFO-K, FINEM, dokter spesialis gizi klinik, menyampaikan, penyakit kronis saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut.
“Yang tadinya usianya 50-an ke atas, sekarang justru 30 ke bawah sudah banyak yang kena penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi, bahkan obesitas,” kata dr. Consistania dalam perayaan kelima tahun RAVELLE di Jakarta, Minggu (28/9/2025).
Berikut kebiasaan konsumsi makan terutama orang Indonesia yang jika terus-menerus bisa mengganggu kesehatan. Simak penjelasannya
Kebiasaan makan yang diam-diam bahayakan kesehatan
1. Konsumsi makanan tinggi lemak dan gula
Konsumsi makanan tinggi lemak dan gula tidak hanya menambah berat badan. Menurut dr. Consistania, dampak yang lebih “sunyi” ada pada ketidakseimbangan bakteri usus atau disbiosis.
“Bakteri baik di saluran cerna lama-lama kelaparan, digantikan bakteri jahat yang yang makanan utamanya high fat, tinggi lemak, dan gula. Akhirnya gangguan hormon, alerginya kumat, gampang sakit, bahkan perut sering kembung atau bloating,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya nutrisi seimbang untuk menjaga imunitas dan produktivitas. Ibaratkan tubuh seperti kendaraan, kata dr. Consistania, yang butuh bensin tepat agar mesin tetap prima.
“Kita juga harus pilih bensin yang bagus. Itu artinya real food, makanan asli yang minim proses,” tuturnya.
2. Kebiasaan dapur yang tak disadari
Masalah lain datang dari cara memasak, mengolah, dan menyimpan makanan. Banyak keluarga sibuk mengandalkan rice cooker untuk menyimpan nasi berjam-jam.
Padahal, kebiasaan ini bisa meningkatkan indeks glikemik nasi sehingga kadar gula darah naik lebih cepat.
“Jadi habis tanak, langsung dikeluarkan di tempat penyimpanan nasi. Masak sampai dia matang, habis itu baru dipindahkan buat dikonsumsi, disimpan,” katanya.
Begitu juga dengan meal prep mingguan yang perlu trik. Ia mengingatkan agar bahan yang sudah dicairkan tidak boleh dibekukan kembali.
“Sekali lelehin, langsung dimasak, langsung dimakan. Kalau dia udah bolak-balik beku, cair, beku, cair, kualitas makanannya, nutrisinya sudah turun,” tambahnya.
Lebih lanjut, penggunaan suhu tinggi dan pemanasan berulang, misalnya menggoreng dengan metode deep fried atau merebus sayur berulang, turut merusak vitamin dan mineral.
“Kalau masak makanan yang misalnya direbus, direbusnya berulang-ulang. Itu si vitamin sama mineral yang larut air. Kadang-kadang larut sama air yang rebusan itu,” ungkapnya.
“Tapi beda kalau misalnya kita bikin sup. Walaupun dia direbus dengan air. Tapi kan vitamin sama mineralnya tetap ada di makanannya,” lanjutnya.
3. Gorengan dan pemanis buatan
Tidak bisa dipungkiri, gorengan adalah teman setia orang Indonesia. Dari pinggir jalan hingga restoran, pilihan ini kerap ada.
“Orang Indonesia biasanya suka gorengan. Gorengan yang tinggi lemak, udah gitu digoreng pakai minyak. Terus dia pakai deep fried kan,” tuturnya.
Ada pula makanan dan minuman dengan pemanis buatan seperti stevia yang dianggap lebih sehat daripada penggunaan gula pada umumnya. Namun, apakah boleh?
“Boleh saja jadi alternatif. Kalau penderita diabetes atau kita yang enggak mau masukin gula banyak-banyak, itu boleh. Tapi perlu diperhatikan, produk stevianya betul-betul alami tanpa bahan campuran lain,” ujarnya.
Walaupun penggunaan stevia dibolehkan, bukan berarti membiasakan diri untuk keterusan mengonsumsi itu.
“Boleh tapi bukan berarti mengiyakan. Boleh nih makanan manis semuanya diganti sama pemanis buatan. Enggak, kita harus membiasakan diri,” terangnya.
4. Makanan instan dan ultra-processed food
Selain gorengan, makanan kemasan atau makanan olahan tinggi juga jadi favorit. Dari biskuit manis, minuman kemasan, hingga mi instan, semua mudah dibeli di minimarket.
“Coba lihat rak-rak supermarket, makanan real food itu ada enggak? Banyaknya itu semuanya pada UPF (ultra-processed food) yang udah dikemas-kemas,” ucapnya.
Produk-produk ini cenderung tinggi gula, garam, dan lemak yang mengacaukan kesehatan.
“Padahal biasanya makanan yang kita order yang instan itu lebih high fat, high sugar, tinggi kalori, dan itu adalah biang-biangnya dari masalah kesehatan yang terjadi,” pungkasnya.
Sumber : Kompas.com