SMARTPEKANBARU – Udara masih sejuk saat Elza Neti Ramadhani meninggalkan rumah sekaligus warungnya di Kelurahan Pelangiran, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, Kamis (16/10/2025). Dengan mengendarai sepeda motor bebek, perempuan 26 tahun itu berangkat ke pasar membawa keranjang belanja, melewati jalan setapak yang di beberapa titik sudah pecah-pecah dan bertanah. Elza merupakan pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Ia membuka warung di depan rumah semi permanennya, menjual berbagai macam dagangan.
“Saya jualan sayur, minuman dingin, dan ada frozen food juga,” ujar Elza saat berbincang dengan Kompas.com.
Kini, Elza tak khawatir membeli stok barang dagangan dalam jumlah banyak, karena di rumahnya sudah tersedia kulkas dan listrik yang menyala 24 jam.
Elza sudah berjualan sejak sebelum listrik PLN masuk ke desanya. Listrik dari PLN baru bisa dinikmati warga sejak 2024. “Kami menikmati listrik PLN setelah 15 tahun. Sudah merdeka dari kegelapan,” katanya sambil tertawa kecil.
Sebelum itu, daerah pelosok ini hanya diterangi mesin genset yang hidup menjelang magrib hingga pukul 11 malam. Kala itu, Elza hanya menjual sayur dari pagi hingga sore. Sayur yang tak laku terpaksa dibuang karena tak ada kulkas untuk menyimpan. “Sulit tak dapat dikata hidup tanpa listrik. Tapi saya tetap semangat berjualan untuk mendulang rupiah,” ujarnya.
“Kehidupan sangat sulit tak ada listrik PLN. Kalau malam, jam 8 itu sudah sepi. Nyanyian suara jangkrik yang terdengar,” katanya mengenang.
Terang yang Mengubah Hidup Pada Oktober 2024, PLN memulai pembangunan jaringan listrik, dan resmi beroperasi pada Mei 2025. Setelah listrik PLN masuk, Elza mulai menambah variasi dagangan. Ia menjual berbagai minuman dingin dan berjualan hingga malam.
“Saya beli kulkas dan blender untuk jualan minuman. Kadang buka warung sampai malam,” sebutnya. Kini penjualan Elza meningkat pesat. Sayur yang dulu sering terbuang kini bisa disimpan dan dijual kembali. “Sejak masuk listrik PLN, dagangan bertambah dan penjualan meningkat. Kalau dulu sayur yang nggak terjual banyak busuk dan dibuang, sekarang bisa masuk kulkas dan dijual lagi. Alhamdulillah, kemarin hasil jual bisa beli kulkas frozen food. Kami sangat bersyukur karena listrik telah membawa perubahan di desa kami,” kata Elza.
Kehadiran listrik PLN di Kelurahan Pelangiran membawa perubahan besar. Kampung yang dulu gelap dan sunyi kini terang benderang. Anak-anak bisa belajar dan mengaji dengan nyaman tanpa lampu pelita atau genset.
Lurah Pelangiran, Asrowi, mengungkapkan rasa syukur karena daerahnya sudah dialiri listrik PLN.
“Alhamdulillah, kami sangat bersyukur listrik PLN sudah hampir rata masuk ke daerah kami. Listrik kami prabayar,” ucap Asrowi saat diwawancarai Kompas.com, Kamis.
UMKM Menyala, Ekonomi Warga Bangkit Kelurahan Pelangiran berdiri pada tahun 2011, dengan jumlah penduduk sekitar 5.600 jiwa. Meski menjadi salah satu penghasil kelapa terbesar di Indonesia, daerah terpencil di Inhil ini baru bisa menikmati listrik PLN setelah 15 tahun penantian. Rumah warga di sini umumnya semi permanen, berdinding papan dan beratap daun nipah. Sebagian besar warganya bekerja sebagai buruh tani kelapa dan nelayan.
Asrowi bercerita, sebelum ada listrik, penerangan rumah warga hanya dari genset yang hidup sejak sore hingga pukul 11 malam. Sementara yang tinggal di pedalaman menggunakan lampu pelita.
Ia masih ingat betul suasana kampung kala itu. “Dulu kehidupan sangat sulit tanpa listrik PLN. Kampung sunyi sekali. Jam 8 malam sudah jarang warga berada di luar rumah. Yang terdengar cuma suara jangkrik,” ujarnya. Sebelum listrik PLN masuk, warga yang menjual makanan dan minuman harus menyeberangi sungai menggunakan sampan untuk membeli es batu dan bahan lainnya. Setelah listrik PLN hadir, kata Asrowi, kampungnya jauh lebih maju. UMKM menyala dan ekonomi warga menggeliat. Banyak warga kini menjadi pedagang makanan dan minuman berkat listrik. “Ya, banyak warga yang belanja peralatan elektronik. Dulu warga masak pakai kompor sumbu dan kayu bakar, kini sudah pakai periuk elektrik. Dulu narik air pakai tangan, kini sudah pakai mesin. Kehadiran listrik PLN membawa kemajuan daerah kami,” ucap Asrowi. Asrowi juga menceritakan perjuangan agar listrik bisa masuk ke desanya. Ia sempat bolak-balik ke Kantor PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu.
“Kami antar proposal ke kantor PLN di Rengat. Kadang ada pejabat yang datang, kami sampaikan juga keluhan listrik PLN belum masuk. Sekarang sudah kami nikmati listrik 24 jam,” katanya. Namun, ia mengakui masih ada beberapa rumah warga di wilayah seberang yang belum tersambung listrik PLN. “Kalau di daratan sudah merata. Harapan kita, semoga seluruh wilayah tersambung listrik PLN,” ujarnya.
Asrowi juga berharap jumlah petugas PLN di daerahnya ditambah agar gangguan listrik bisa ditangani lebih cepat.
“Kami minta ditambah lagi petugas PLN di daerah kami. Jadi kalau ada gangguan listrik padam, supaya cepat ditangani. Kadang listrik padam bisa sampai satu hari,” ungkapnya.
Pengerjaan jaringan listrik ke wilayah terpencil bukan hal mudah. Petugas PLN harus menembus medan ekstrem, mengangkut tiang, dan kabel melalui sungai yang dipenuhi buaya.
“Pekerjaan pembangunan jaringan listrik dimulai pada Oktober 2024 dan resmi beroperasi pada Mei 2025. Wilayah yang dilayani meliputi Desa Teluk Bunian dan Kelurahan Pelangiran,” kata M Ali Udin, Team Leader Layanan Tembilahan PLN ULP Rengat. Sekitar 300 kepala keluarga (KK) menjadi calon pelanggan, namun baru 160 yang tersambung karena kendala jaringan tegangan rendah (JTR). “Apabila dilakukan penambahan jaringan tegangan menengah (JTM) sekitar 7 kilometer, jaringan listrik bisa menjangkau wilayah PT BRS atau Mandah Estate, dengan potensi tambahan sekitar 800 pelanggan,” ujar Ali.
Ia menuturkan, pekerjaan sempat terhambat karena akses jalan yang belum tersedia dan hanya bisa dilalui sampan. “Tiang listrik dirakit di tempat agar dapat diangkut menuju lokasi pekerjaan. Beberapa material bahkan harus dipikul menuju titik pemasangan,” katanya.
Pekerjaan konstruksi memakan waktu sekitar delapan hingga sembilan bulan. Kini, tahap finishing masih berlangsung.
Sebelum listrik PLN tersambung, warga mengandalkan genset dan panel surya 50 Watt Peak (WP), bahkan banyak yang tanpa listrik sama sekali. Setelah menunggu 15 tahun, akhirnya warga dapat menikmati listrik 24 jam. “Masyarakat sangat antusias dan bersyukur atas kehadiran listrik PLN. Mereka menyampaikan terima kasih karena setelah menunggu selama kurang lebih 15 tahun, akhirnya dapat menikmati penerangan listrik dari PLN,” tutur Ali.
Target 2026: Seluruh Dusun Berlistrik PLN Gubernur Riau, Abdul Wahid, menargetkan seluruh dusun di Riau sudah teraliri listrik PLN pada 2026. Pada Mei 2025, Wahid datang langsung ke Kantor Pusat PLN di Jakarta untuk memastikan pemerataan listrik di seluruh pelosok Riau. “Saya datang membawa suara rakyat dari pelosok yang masih hidup dalam keterbatasan cahaya,” ujar Wahid kepada Kompas.com, Kamis.
Direktur PLN sempat menyebut target penyelesaian pada 2027, namun Wahid meminta percepatan. “Komitmen kami 2026 selesai. Semua dusun di Riau listrik sudah 24 jam,” tegasnya.
Ia menambahkan, listrik bukan sekadar cahaya penerang, melainkan urat nadi kehidupan di era modern. “Ketergantungan pada listrik tak bisa dipungkiri. Mulai dari aktivitas sehari-hari, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya,” kata Wahid.
Sumber : Kompas.com