SAMRTPEKANBARU.COM – Banyak orang tua mungkin sering melihat anaknya menatap layar gadget terlalu dekat, menyipitkan mata saat membaca, atau mengeluh mata cepat lelah.
Tanda-tanda ini bisa jadi sinyal awal adanya mata minus pada anak. Di era digital ini memang terjadi lonjakan yang signifikan pada kasus mata minus (rabun jauh) pada anak.
Menurut dr. Artha Latief, Sp.M, dokter spesialis mata di Bethsaida Hospital Gading Serpong, mata minus pada anak sering kali tidak disadari orang tua.
“Padahal, bila tidak segera diperiksa, mata minus bisa bertambah dan tidak disadari. Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak,” kata dr.Artha dalam keterangan pers.
Mata minus terjadi ketika cahaya yang masuk ke mata tidak jatuh tepat pada retina, melainkan di depannya. Akibatnya, benda yang jauh terlihat buram.
Pada anak, kondisi ini sering dipicu oleh kebiasaan terlalu lama menatap layar, kurangnya aktivitas di luar ruangan, atau faktor keturunan.
Kaitan antara main gadget dengan mata minus
Saat anak menatap layar gadget (atau membaca buku dari dekat), mata mereka harus terus-menerus berakomodasi (lensa mata menebal) untuk memfokuskan pandangan pada objek yang dekat.
Akomodasi yang lama dan tidak diselingi ini diduga memicu pelepasan sinyal kimia yang mendorong bola mata untuk tumbuh memanjang.
Bola mata yang terlalu panjang menyebabkan cahaya yang masuk tidak fokus tepat di retina, tetapi di depannya, sehingga menyebabkan penglihatan jarak jauh menjadi buram (rabun jauh).
Dokter Artha mengingatkan para orangtua untuk menyadari gejala-gejala mata minus pada anak, sehingga bisa segera diatasi.
Gejala yang perlu diperhatian antara lain anak sering menyipitkan mata saat melihat jauh, anak tampak mengedip-ngedipkan amata, terutama saat menonton TV atau menggunakan gadget, mengeluh sakit kepala atau mata cepat lelah, dan kesulitan melihat jelas dari jarak jauh.
Sumber :Kompas.com