SMARTPEKANBARU.COM – Operasi saraf leher terjepit sering kali dianggap menakutkan oleh pasien karena identik dengan luka besar, pemulihan lama, serta risiko komplikasi.
Padahal, kini telah tersedia beberapa pilihan teknologi operasi minimal invasif untuk tulang belakang. Beberapa di antaranya adalah sistem tubular yang hanya memerlukan sayatan sekitar 20–25 milimeter (mm) dan teknik endoskopi biportal yang dilakukan melalui dua luka irisan kecil.
Di negara-negara maju, teknologi operasi saraf leher terjepit bahkan telah berkembang lebih canggih dengan penggunaan teknik endoskopi uniportal atau posterior endoscopic cervical discectomy (PECD) uniportal.
Metode tersebut hanya membutuhkan sayatan sekitar 7 mm, sehingga otot leher tetap terjaga dan pasien dapat pulih lebih cepat.
Menurut konsultan bedah tulang belakang Siloam Hospitals Palangka Raya, Dokter (dr) Perwira Bintang Hari, PECD uniportal dilakukan dengan cara memasukkan kamera kecil atau endoskop serta saluran kerja instrumen melalui satu sayatan mungil di bagian belakang leher.
“Dengan cara ini, kami dapat mencapai saraf yang terjepit tanpa merusak otot-otot leher yang penting bagi pergerakan leher pasien. Jadi, selain nyeri berkurang, fungsi leher juga tetap terjaga,” ujar dr Bintang dalam keterangan resminya, Selasa (14/10/2025).
Ia menjelaskan, prosedur PECD uniportal menggunakan mesin pompa air presisi tinggi yang tersertifikasi khusus untuk operasi tulang belakang.
Teknologi tersebut berfungsi memastikan visualisasi endoskopi tetap jernih dan stabil, tanpa mengesampingkan aspek keamanan pasien.
Instrumen yang digunakan berdiameter sangat kecil, hanya 2,5 mm hingga 3 mm, dengan fabrikasi presisi tinggi untuk mengikis tulang dan melonggarkan saraf leher yang terjepit.
Berstandar internasional
Salah satu keunggulan utama endoskopi uniportal adalah prosedurnya yang terstandar, sehingga setiap pasien mendapatkan kualitas tindakan yang sama.
Teknik operasi PECD uniportal telah dikembangkan oleh pusat layanan tulang belakang di Jerman, sebagai pionir endoskopi tulang belakang di Eropa dan dunia.
Adapun instrumen operasi dirancang khusus dan telah digunakan secara konsisten di Eropa dan seluruh dunia.
“Hal ini tentu bermuara pada keselamatan pasien. Dengan trauma jaringan minimal, risiko komplikasi menjadi lebih rendah. Selain itu, meski mendekati standar Eropa, teknologi ini tetap diupayakan agar terjangkau bagi pasien di Indonesia,” ucap dr. Bintang.
Keberhasilan operasi
Meskipun didukung dengan teknologi yang semakin canggih, keberhasilan operasi tetap bergantung pada keterampilan dokter sebagai operator prosedur.
Hasil akhir operasi yang bebas nyeri dan sesuai harapan pasien ditentukan oleh pemilihan kasus yang tepat, perencanaan praoperasi yang matang, serta pengalaman operator.
Operasi PECD direkomendasikan bagi pasien dengan nyeri radikular, yaitu nyeri yang menjalar akibat saraf tertekan. Namun, tidak semua keluhan bisa ditangani dengan PECD.
Oleh karena itu, evaluasi medis menyeluruh, termasuk pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) dan rontgen tetap wajib dilakukan sebelum tindakan.
Rumah Sakit (RS) Siloam Palangka Raya mencatat keberhasilan operasi PECD pertama di Siloam Hospital Group (SHG) pada 21 Juli 2025. Keberhasilan ini membuktikan komitmen rumah sakit dalam menghadirkan teknologi terkini untuk pasien sekaligus melanjutkan rangkaian inovasi minimal invasif yang telah dimulai sejak 23 Oktober 2024.
Sebelumnya, dr Bintang telah mengadopsi teknik endoskopi uniportal pada tulang belakang pinggang (lumbal) dan konsisten melakukan operasi dekompresi saraf pinggang menggunakan teknik PECD uniportal.
Seiring dengan meningkatnya popularitas endoskopi uniportal serta pemahaman masyarakat dan tenaga medis tentang keunggulan prosedur PECD uniportal, RS Siloam Palangka Raya pun mengembangkan layanan endoskopi uniportal untuk tulang belakang regio leher.
Pasien yang menjalani operasi endoskopi uniportal umumnya dapat pulang ke rumah sehari setelah tindakan operasi. Mereka bisa kembali beraktivitas ringan tanpa banyak bergantung pada bantuan keluarga.
“Hal ini dimungkinkan karena hampir tidak ada otot tulang belakang yang dirusak akibat akses operasi. Jadi, pemulihan jauh lebih cepat dan pasien bisa segera kembali ke rutinitas,” ungkap dr Bintang.
Dengan hadirnya teknologi ini, RS Siloam Palangka Raya berharap masyarakat semakin percaya bahwa operasi saraf kejepit tidak lagi menakutkan.
Pasalnya, luka operasi kecil, otot tetap utuh, pemulihan cepat, dan pasien bisa kembali menikmati kualitas hidup yang lebih baik.
Dokter spesialis ortopedi Siloam Hospitals membuka sesi konsultasi bagi masyarakat umum untuk mendapatkan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat.
Masyarakat diimbau untuk tidak ragu berkonsultasi apabila mengalami gejala nyeri leher yang menjalar ke bahu, lengan, atau jari, disertai kesemutan maupun mati rasa yang berlangsung berkepanjangan.
Sumber : Kompas.com