SMARTPEKANBARU.COM- Tingkat kemiskinan di Indonesia tercatat menurun pada Maret 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk miskin mencapai 23,85 juta orang atau setara 8,47 persen dari total populasi.
Angka ini menurun sekitar 200.000 orang dibandingkan dengan September 2024.
Tingkat kemiskinan itu menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya maupun pada pencatatan sebelumnya, yaitu pada Maret 2024 sebesar 9,03 persen atau setara dengan 25,22 juta penduduk dan September 2024 sebesar 8,57 persen atau setara dengan 24,06 juta penduduk.
Jika dilihat ke belakang, tren penurunan tingkat kemiskinan ini telah terjadi sejak September 2022, yang saat itu sebesar 9,57 persen atau setara dengan 26,36 juta penduduk, lalu turun ke 9,36 persen setara dengan 25,90 juta penduduk pada Maret 2023. \
“Pada September 2022 dibandingkan dengan Maret 2022, kemiskinan mengalami peningkatan 0,03 persen poin. Nah, kemudian sejak Maret 2023 sampai dengan Maret 2025, kemiskinan berangsur mengalami penurunan,” ucapnya.
Dia menjelaskan bahwa angka tingkat kemiskinan itu didapat dengan menggunakan standar garis kemiskinan atau pengeluaran per kapita per bulan sebesar Rp 609.160.
Angka ini meningkat dari Maret tahun lalu sebesar Rp 582.932.
Adapun dilihat dari wilayah, tingkat kemiskinan di perkotaan naik dan perdesaan turun dibandingkan September 2024.
Ateng menyebutkan bahwa tingkat kemiskinan di perkotaan sebesar 6,73 persen (naik dari 6,66 persen) dan tingkat kemiskinan di perdesaan sebesar 11,03 persen (turun dari 11,34 persen).
“Dengan demikian, garis kemiskinan perdesaan naik sedikit di atas garis kemiskinan perkotaan secara kenaikannya,” kata dia.
BPS mencatat sejumlah fenomena yang mendukung penurunan tingkat kemiskinan, di antaranya aktivitas ekonomi domestik yang kuat. Ini terefleksikan dari laju pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 sebesar 4,87 persen.
Kemudian, nilai tukar petani (NTP) pada Februari 2025 sebesar 123,45, yang menunjukkan indeks harga yang diterima oleh petani lebih tinggi dibandingkan indeks harga yang dibayar oleh petani.
Dari sisi ketenagakerjaan, tingkat pengangguran terbuka atau TPT pada bulan Februari kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan Agustus 2024.
“Kalau kita lihat kota dengan desanya, penurunan TPT lebih cepat di wilayah pedesaan dibandingkan dengan wilayah perkotaan,” tuturnya.
Selain itu, sebagian besar komoditas pangan mengalami kenaikan harga, seperti minyak goreng, cabai rawit, dan bawang putih.
Namun, sebagian komoditas pangan juga mengalami penurunan harga, seperti beras, daging ayam ras, dan bawang merah.
Pada bulan Februari 2025, juga masih berlaku diskon tarif listrik 50 persen. Hal ini memberikan sumbangan terhadap angka deflasi.
Sumber : Kompas.com